PERKEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI INDONESIA
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Individu
Sutta Thematik
Dosen Pengampu :
KABRI
NYANAKARUNO,S.Ag.,M.Pd.,M.Pd.B
Disusun oleh :
SLAMET SUSILO
Nim: 1408211176
SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA
(STIAB) “SMARATUNGGA”
AMPEL-BOYOLALI
2015
KATA
PENGANTAR
Namo
Sanghyang Adi Buddhaya
Namo
Buddhaya
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Sanghyang Adi Buddha, para Buddha,
Bodhisatva, Mahasatva yang telah melimpahkan berkah dan perlindungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Pendidikan
Agama Buddha Dalam Pendidikan Formal di indonesia” sebagai salah satu tugas
kelompok dalam Mata Kuliah Vinaya Thematik.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Sebagai ungkapan rasa syukur maka penulis mengucakan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu memberikan petunjuk dan bimbingan serta motivasi demi
terselesaikannya makalah ini. Dengan penuh rasa hormat dan ketulusan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kabri
Nyanakaruno,S.Ag.,M.Pd.,M.Pd.B selaku Dosen Pengampu yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya.
2.
Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Smaratungga.
3.
Rekan-rekan
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Smaratungga.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja serta dalam
penulisan yang jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan kemampuan yang
penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun demi perkembangan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Sabbe Satta
Bhavantu Sukhitatta
Saddhu…Saddhu…Saddhu
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..........................................................................................
i
KATA PENGANTAR........................................................................................
ii
DAFTAR
ISI
..................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
pendidikan dan faktor pendidikan................................
B.
Faktor Pendidikan............................................................................
C.
Masalah
Pendidikan.........................................................................
D.
Pendidikan
Di Indonesia..................................................................
E.
Perkambangan
Pendidikan budhis ................................................
F.
Kendala
pendidikan buddhis...........................................................
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................
B.
Saran
.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah penerusan nilai, pengetahuan, kemampuan, sikap, dan
tingkah laku. dalam arti luas, pendidika merupakan hidup itu sendiri (belajar
seumur hidup), sebagai proses menyingkirkan kebodohan dan mendewasakan diri
menuju kesempurnaan. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Untuk memajukan kehidupan mereka
maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan
konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoretikal dan praktikal sepanjang
waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia tesebut.
Pendidikan dalam agama Buddha dapat dikaitkan bersifat pragmatis menyangkut
pemecahan masalah untuk mencapai tujuan hidup manusia. pendidikan budhis yang
terdapat di indonesia kurang dapat berkembang dengan baik karena beberapa
faktor, umat yang beragama buddha hampir selalu ‘menantang’ orang yang bergerak
di bidang pendidikan untuk menyelenggarakan sekolah yang sekelas dengan sekolah
yang unggulan yag dikelola oleh agama tertentu. Sehingga untuk masuk dan dapat
di terima di sekolah tersebut harus membutuhkan pengorbanan baik dari sianak
maupun dari orangtua sehingga jika diterima akan merasa dirinya masuk sekolah
‘elit’ yang lebih hebat dari saudara-saudaranya yang beragama Buddha apalagi
sekolah negeri pada umumnya. Walaupun pengetahuan yang dimiliknya belum tentu
lebih baik dari yang lain, sebaliknya kepala sekolah yang bercirikan buddha
harus mencari kiat dan terobosan baru untuk mendapatkan siswa.
Apa yang salah dengan sekolah yang bercirikan buddhis sehingga mereka hanya
menjadi pilihan terahir. Secara penampilan sekolah unggulan memang lebih
menarik dari pada sekolah yang dimiliki oleh umat buddha. Sekolah budhis yang
ada terkesan masing-masin berjalan sendiri, dan belum terlihat kerjasama yang
erat. Walaupun telah ada instansi tersendiri yang mengurus kerjasama antar
sekolah. Image sekolah yang belum populer menjadikan sekolah budhis kurang
dikenal masyarakat, namun masih banyak kendala dalam peningkatan penyelenggaraan
pendidikan budhis saat ini.
Perkembangan pendidikan budhis sangat di pengaruhi oleh peserta didik
dan peran lembaga dan guru terkait. Pada era otonomi saat ini, lembaga
penyelenggara pendidikan di beri ruang gerak untuk mengembakan kurikulum yang
ada hal ini memberi kesempatan lembaga-lmbaga penyelenggara pendidikan untuk
mengoptimalkan seluruh potensi untuk mewujudkan tujuan/sasaran yang ingin di
capai. Agar dapat menciptakan penyelenggaraan pendidikan budhis yang
benar-benar nyata dan membuat citra pendidikan budhis dikenal di mata umum.
Pendidikan budhis yang merupakan bagian dari pendidikan formal memberi
sumbangan dalam pendidikan khususnya bagi peserta didik yang beragama buddha.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PENDIDIKAN
a)
Pengertian
pendidikan secara umum
Dalam kajian dan pemikiran tentang pemikiran pendidikan terlebih dahulu
perlu diketahui 2 istilah yang hampir sama bentuknya dan sering dipergunakan
dalam dunia pendidikan yaitu: pedagogi dan pedagoik. Pedagogi artiya
“pendidikan sedangkan pedagoie artinya “ilmu pendidikan”. Driyarkara mengatakan
bahwa : pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia
ke taraf insani itulah yang disebut mendidik.Crow and crow menyebutkan
pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi
individuuntuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya
serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi (Suprapto, 1975).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN, 2003). Kihajar dewaantara pada
tahun 1930 menyebutkan pendidikan daya upaya untuk memajukan bertumbuhanya budi
pekerti. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan suatu
kegiatan sistematis dan sistemik terarah terbentuknya kepribadian peserta
didik. Karena proses pendidikan berlagsung secara sistematis proses
pendidikan berlangsung, melalui tahap-tahap bersinambungan(prosedurnya) dan
sistemik. Pendidikan. Bagi kita warga negara tujuan pendidikan memuat
gambarantentang nilai nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk
kehidupan.
B.
Faktor
Pendidikan
Dalam aktivitas pendidikan terdapat enam faktor yang mendukung pendidikan
yang dapat membentuk pola interaksi yang saling mempengaruhi keenam faktor
tersebut adalah:
1)
Faktor
tujuan
Dalam praktek pndidikan, baik dilingkungan keluarga, di sekolah maupun di
masyarakat luas, banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik
agar dapat dicapai (dimiliki) oleh peserta didiknya. Menurut langeveld dalam
bukunya beknopte teorische pedagogik diadanya macam-macam tujuan sebagai
berikut:
a.
Tujuan umum
b.
Tujuan tak
sempurna(tak lengkap)
c.
Tujuan
sementara
d.
Tujuan
perantara
e.
Tujuan insidental
2) Faktor
pendidik
Pendidik dibedakan menjadi kategori
ialah:
a.
Pendidik
menurut kodrat yaitu orangtua dan
b. Pendidik
menurut jabatan yaitu guru.
Orangtua sebagai pendidik utama karena secara kodrat anak manusia
dilahirkan oleh orangtuanya (ibunya) dalam keadaan tak berdaya. Hanya dengan
pertolongan dan layanan orangtua dapat hidup dan berkembang. Hubungan antara
oragtua dan anaknya adalah hubungan edukatif, mengandung dua unsur dasar yaitu
unsur kasih sayang pendidik terhadap anak, dan unsur kesadaran dan tanggug
jawab dari pendidik untuk menuntun perkembangan anak.
Pendidik kedua adalah guru, guru sebagai pendidik menurut jabatan, guru
mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembagan peserta
didik.
3)
Faktor
peserta didik
Peserta didik adalah subjek didik individu yang memiliki potensi fisik dan
psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik, individu yang sedang
berkembang, individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi, individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
4)
Faktor isi
materi/materi pendidikan
Yang merupakan isi materi adalah segala sesuatu oleh pendidik langsung
diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam
sistem pendidikan persekolahan,materi telah diramu dalam kurikulum yang akan
disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materiinti
maupun muata lokal.
5)
Faktor
metode pendidikan
peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi
ini dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka disamping
dibutuhkan pemilihan bahan/materi pendidikan yang tepat perlu dipilih metode yang
tepat pula.metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan.
6)
Faktor
situasi lingkungan
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasi
lingkungan ini melipui lingkungan fisis, lingkungan teknis dan lingkungan
sosio-kultural. Dalam hal-hal dimana situasi lingkungan berpengaruh secara
negatif, maka lingkungan ini membatasi pendidikan.
C.
Masalah
Pendidikan
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumberdaya manusia untuk
pembangunan.dalam langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan
zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru, yang
sebagaimana tidak dapat diramalakan sebelumnya.sebagai kosekuensi pendidikan
selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru masalah pokok pendidikan yaitu:
a.
Masalah
pemerataan pendidikan
b.
Masalah mutu
pendidikan
c.
Masalah
efisiensi pendidikan
d.
Masalah
relevasi pendidikan.
D.
Pendidikan
Di Indonesia
Pendidikan di indonesia telah ada sejak indonesia belum merdeka pada saat
zaman Hindu-Buddha berkembang. Namun pendidikan tersebut belum membawa banyak
pengaruh terhadap perkembangan. Sebelum indonesia merdeka dan setelah indonesia
merdeka banyak melahirkan tokoh pendidik yang berperan dalam pendidikan di
Indonesia. Pendidikan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
diseleggaraka secara terpadu dan di arahkan pada penigkatan kualitas pendidikan
dasar serta jumlah dan kualitas pendidikan kejuruan, sehingga memenuhi
kebutuhan pembangunan nasional dengan memperhatikan perkebangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pendidikan Dasar memegang peran yang sangat penting
dalam penanaman nilai-nilai budi pekerti dan nilai-nilai keagamaan. Ini
terlihat dari setiap kali rumusan tujuan pendidikan nasional di Indonesia
senantiasa mengacu pada tertanamnya nilai-nilai budi pekerti dan aspek-aspek
rohaniah. Salah satu yang berperan penting dalam proses pendidikan dasar adalah
guru agama.
E.
Pendidikan
Budhis
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dandiajarkan oleh pendidik
yang seagama, Pendidikan pada dasarnya bersifat terbuka, tidak ada yang
disembunyikan. Buddha menyangkal adanya otoritas segolongan masyarakat
tertentu, yakni kasta brahmana, yang memonopoli kewenangan agama dan bersifat
diskriminatif. Pandangan egalitarian yang melihat semua orang sederajat ini,
membuat Buddha menjalani kehidupan sebagaia masyakat biasa. Membentuk suatu
struktur monastic yang dinamakan Sangha, menampung murid dari berbagai golongan
masyarakat. Penghargaan terhadap manusia oleh tingakat prestasi, bukan karena
status sosial ekonomi dan faktor primordial. sifat misioner agama Buddha
bersumber dari amanat Bhagava kepada enam puluh siswa-Nya yang telah menjadi
arahat.”para bhikkhu pergilah mengembara demi kebaikan orang banyak, membawa
kebahagiaan bagi orang banyak, atas dasar kasih sayang terhadap dunia, untuk
kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaanpara dewa dan manusia”(vin. I, 21).
Tujuan dalam perspektif agama Budddha tak berbeda dengan tujuan pembabaran Dhamma.
Masalah sentral dalam pandangan Buddha adalah penderitaan manusia.
Penderitaan bersumber pada keinginan yang rendah (tanha). Keinginan sendiri
timbul tergantung pada faktor lain yang mendahuluinya. Dalam merumuskan
rangkaian sebab musabab yang saling bergantungan (paticcasamuppada), Buddha
menempatkan di urutan pertama kebodohan (avijja). “Yang lebih buruk dari semua
noda itu adalah kebodohan. Kebodohan merupakan noda yang paling buruk. Para
Bhikkhu, singkirkan noda ini dan jadilah orang yang tak bernoda” (Dhp. 243).
Pendidikan Buddhis mengajarkan Anda bagaimana untuk memahami dan menguasai
pikiran Anda, dimana banyak orang melewatkannya. Anak-anak butuh untuk memahami
diri mereka sendiri terlebih dulu dan mengetahui bagaimana untuk mengatasi
emosi (fluktuasi perasaan) mereka sendiri sebelum mereka dapat memahami orang
lain. Semua hal demikian harus ditanamkan ketika mereka muda sedangkan hal-hal
akademis dapat dipelajari kemudian di waktu kapan saja. Pengetahuan dasar dalam
pendidikan buddhisme adalah ranah etika (kemoralan), pengembangan pengetahuan
dasar harus berangkat dari pengendalian diri dengan substansi kemoralan. Proses
pembelajaran merupakan bagian yang esensi dari kegiatan pembelajaran yang
memiliki kualifikasi terstandar. Peraturan pemeritah nomor 19 tahun 2005 bagian
kelima pasal 15 standar proses meliputi (1) Proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (2)
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran
pendidik memberikan keteladanan. (3) Setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien (PPSNP, 2005). Upaya
mengaplikasikan sistem pendidikan pada ranah umum dan khususnya sistem
pendidikan Buddhis dibutuhkan sistem pembelajaran Buddhis yang integrasi
(integrated learning). Keintegrasian dimaksudkan agar peserta didik memiliki
kemampuan mengaplikasikan iptek selaras dengan kehidupan spiritual atau agama
Buddha.
F.
Kendala
pendidikan buddhis
Perkembangan sarana pendidikan formal, agama Buddha masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan agama lain di Indonesia. Sebenarnya ketertinggalan
pendidikan sekolah Buddhis terjadi bukan dikarenakan ketidakmampuan umat
Buddha, tetapi lebih kepada belum adanya kesatuan tekad umat Buddha dalam
mengembangkan dan membina pendidikan Buddhis di Indonesia. Permasalahan yang
dihadapi umat buudha saat ini adalah istitusi pendidikan buddhis yaitu sekolah
budhis yang sebagian besar dinilai masyarakat memiliki image yang tidak baik
karena dari segi kualitas dapat dikatakan tidak bermutu sebagai sarana
pendidikan. Yang menjadi kurang bermutunya pendidikan buddhis adalah:
a.
Kurang
menyadari arti kata pendidikan
Sangat disayangkan para pemikir buddhis cendekiawan, pengusaha buddhis para
pandita, dan sangha jarang melihat arti pentingnya pendidikan. Padahal
pendidikan sekolah budhis dapat menjadi tempat berkembangnya generasi penerus
budhis. Berkembangnya SDM Budhis dan menjadi tempat penenaman moral Buddhis.
b.
Kurangnya
sumber daya manusia
Dampak dari kurangnya mutu sebagian sekolah buddhis dan sedikitnya bangunan
sekolah buddhis adalah secara perlahan-lahan kita kehilangan SDM yang
berkualitas, karena biasanya mereka berpindah agama saat mengikuti pendidikan
formal dilingkungan non budhis. Pendidik juga mepengaruhi kemajuan pendidikan
agama buddha sendiri.
Dalam dinamika masyarakat yang cepat berkembang menuntut guru untuk belajar
terus. Pengetahuan guru yang sudah usang akan membawa generasi
penerus yang statis dimasa mendatang. Oleh karena itu diperlukan program in
service training (Dalam layanan pelatihan) dan in service education (Dalam
layanan pendidikan) bagi guru-guru. Di samping itu guru pendidikan agama
hendaknya dapat memahami materi pembelajaran secara komprehensif. Keteladanan Buddha
sebagai guru yang dapat menembus semua unsur dhamma (dharmadhatu) sehingga
memudahkannya dalam mengajar. Buddha mengajar ajaran selalu disesuai dengan
kemampuan batin para siswa dan penyajian yang berbeda. Dengan metode
penyajian yang berbeda dan materi yang terpilih membuat para siswa dapat
memahami ajaran (pariyatti) dan mempraktekkan (pattipati) dan merasakan hasil
dari pelaksanaan ajaran (pativedha).
c.
Kurangnya
manajemen operasional
Banyak pengertian manajemen seperti dikemukakan oleh Hersey
& Blanchard (1995:3) manajemen adalah proses kerja sama dengan dan melalui
orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Stone (1996:8)
menjelaskan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasi, pemimpinan,
dan pengendalian upaya anggota dan penggunaan semua sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari segi manajemen operasional,
kita memiliki kelemahan, ini dapatdi lihat perkembangan mutu sekolah Buddhis
yang tadinya berkualitas kemudian berubah menjadi tidak berkualitas.
d. Sekolah
Buddhis Kurang Dikenal
Kurang dikenalnya sekolah budhis membuat umat buddha menyekolahkan anaknya
di sekolah nonbudhis/terdekat/yang dikenalnya.
G.
Kaitan
Peerkembagan Agama Buddha Dalam Materi Pendidikan Formal
1.
Mata
Pelajaran fisika Dan Budhisme
Mata pelajaran fisika yang terdapat dalam pelajaran formal yang merupakan
pelajaran pokok di dalam pendidikan formal ternyata hukum-hukum dalam fisika
telah di ajarkan oleh Sang Buddha. hukum-hukum yang umum digunakan dalam fisika
seperti hukum dasar fisika tentang kesetaraan energi dan massa. Hukum ini
meyatakan bahwa massa bisa di transformasikan menjadi energi dan energi juga
bisa di trasnformasikan menjadi massa berdasarkan rumus yang terkenal dari
Albert Einstein. Hukum kekekalan massa dan energi dalam fisika yang mengatakan
bahwa massa dan energi tidak dapat di ciptakan dan tidak dapat di musnahkan
juga terdapat dalam buddhisme. Didalam Avatamsaka sutra bab 14 berbunyi “segala
sesuatu tidak dilahirkan/diciptakan, segala sesuatu tidak dapat dimusnahkan
(sains modern dan buddhisme,irvan tanipuetra dipl. Ing,karaniya,2003).
Buddha juga telah mengajarkan mudridnya tentang konsep relativitas
ruang, tentang relativitas waktu, interdependensi yang juga dikenal di dalam
fisika. Walaupun belum ada fisika pada saat itu.
2.
Mata
pelajaran matematika dan budhisme
Kalau kita mempelajari sejarah matematika dan ilmu hitung, maka jelas
sekali bahwa kosep ketakterhinggaan ini baru masuk kedalam matematika semenjak
abad kedelapan belas, yang selanjutnya mendorong timbulnya ilmu hitung limit
dan integral. Para ahli filsafat pada zaman kuno nampaknya menunjukka
“ketakutan” atau “keengganan”,“ketakterhinggaan”. Didalam avatamsaica sutra
30,yang berjudul “tak dapat dihitung”, isinya tedapat konsep keakterhinggaan.
(sains modern dan buddhisme,irvan tanipuetra dipl. Ing,karaniya,2003).
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dapat
di sumpulkan bahwa pendidikan Buddhis di
Indonesia sangat berkaitan erat dengan pendidikan formal yang ada di indonesia,
bahkan sebulum ada pendidikan formal ternyata Sang Buddha telah mengajarkannya.
soal kendala perkembangan pendidikan Buddhis itu karena kurangnya SDM,kurang
mengerti arti pendidikan,kurang manajemen oprasional, dan kurangnya di kenal
pendidikan Buddhis yang ada.
B. SARAN
Pendidikan
Buddhis di Indonesia sangatlah kurang dan banyak kendala-kendala di dalamnya.
Maka akan lebih baiknya kita sebagai generasi penerus Agama Buddha harus
benar-benar mempelajarinya dan memajukan pendidikan Buddhis yang ada di
Indonesia agar tidak bisa maju seperti layaknya pendidikan formal lainnya.
manatap
ReplyDeleteTerimakasih
DeleteRight
ReplyDelete