Tuesday 5 January 2016

Nilai-Nilai Pendidikan dan Hari Raya Waisak




NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN HARI RAYA WAISAK
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Individu
Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu:
SUPARTONO KHEMACARO, S.Pd, .., M.Si., M.Pd.B

Disusun oleh:
SLAMET SUSILO
Nim: 1408211176










SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA
(STIAB) "SMARATUNGGA"
AMPEL-BOYOLALI

2015






KATA PENGANTAR


Namo Sanghyang Adi Buddhaya
Namo Buddhaya
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Sanghyang Adi Buddha, para Buddha, Bodhisatva, Mahasatva yang telah melimpahkan berkah dan perlindungan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Nilai-Nilai Pendidikan dan Hari Raya Waisak" sebagai salah satu tugas kelompok dalam Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa syukur maka penulis mengucakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan petunjuk dan bimbingan serta motivasi demi terselesaikannya makalah ini. Dengan penuh rasa hormat dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.     Supartono Khemacaro, S.Pd, .., M.Si., M.Pd.B selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan bimbingan dan arahannya.
2.    Kepala Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Smaratungga.
3.    Rekan-rekan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Smaratungga.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja serta dalam penulisan yang jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi perkembangan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis, khususnya para pembaca pada umumnya.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Saddhu ... Saddhu ... Saddhu





Boyolali, 19 Juni 2015


Penulis






DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ................................................ .......................................... i
KATA PENGANTAR ................................................ ........................................ ii
DAFTAR ISI ................................................ .................................................. iv
Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang .............................................. .................................. 
B.    Tujuan ............................................... ................................................
 BAB II PEMBAHASAN
A.    Pendidikan ............................................... ..........................................
B.    Hari Raya Waisak ............................................. .............................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................... ........................................
B.    Saran ............................................... ..................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................ ....................................... 




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah kelanjutan nilai, pengetahuan, kemampuan, sikap, dan perilaku. dalam arti luas, pendidika adalah hidup itu sendiri (belajar seumur hidup), sebagai proses menyingkirkan kebodohan dan mendewasakan diri menuju kesempurnaan. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Untuk memajukan kehidupan mereka maka pendidikan menjadi sarana utama yang harus dikelola secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoretikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia tesebut.
Pendidikan dalam agama Buddha dapat dikaitkan bersifat pragmatis menyangkut pemecahan masalah untuk mencapai tujuan hidup manusia. pendidikan Budhis yang ada di indonesia kurang dapat berkembang dengan baik karena beberapa faktor, umat yang beragama buddha hampir selalu 'menantang' orang yang bergerak di bidang pendidikan untuk menyelenggarakan sekolah yang sekelas dengan sekolah yang unggulan yag dikelola oleh agama tertentu. Sehingga untuk masuk dan dapat di terima di sekolah tersebut harus membutuhkan pengorbanan baik dari sianak maupun dari orangtua sehingga jika diterima akan merasa dirinya masuk sekolah 'elit' yang lebih hebat dari saudara-saudaranya yang beragama Buddha apalagi sekolah negeri pada umumnya. Meskipun pengetahuan yang dimiliknya belum tentu lebih baik dari yang lain, sebaliknya kepala sekolah yang memiliki buddha harus menemukan kiat dan terobosan baru untuk mendapatkan siswa.
Apa yang salah dengan sekolah yang memiliki buddhis sehingga mereka hanya menjadi pilihan terahir. Secara penampilan sekolah unggulan memang lebih menarik dari pada sekolah yang dimiliki oleh umat buddha. Sekolah Budhis yang ada terkesan masing-masin berjalan sendiri, dan belum terlihat kerjasama yang erat. Meskipun telah ada instansi tersendiri yang mengurus kerjasama antar sekolah. Image sekolah yang belum populer menjadikan sekolah Budhis kurang dikenal masyarakat, namun masih banyak kendala dalam peningkatan penyelenggaraan pendidikan Budhis saat ini.
 Perkembangan pendidikan Budhis sangat di pengaruhi oleh peserta didik dan peran lembaga dan guru terkait. Pada era otonomi saat ini, lembaga penyelenggara pendidikan di beri ruang gerak untuk mengembakan kurikulum yang ada hal ini memberi kesempatan lembaga-lmbaga penyelenggara pendidikan untuk mengoptimalkan seluruh potensi untuk mewujudkan tujuan / sasaran yang ingin di capai. Agar dapat menciptakan penyelenggaraan pendidikan Budhis yang benar-benar nyata dan membuat citra pendidikan Budhis dikenal di mata umum. Pendidikan Budhis yang merupakan bagian dari pendidikan formal memberi kontribusi dalam pendidikan khususnya bagi peserta didik yang beragama buddha.

B.   Tujuan
Menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan Pendidikan dalam hari raya Waisak serta mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maupun perumah tangga atau umat awam.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan
1.   Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan dalam bahasa inggris "education", berakar dari bahasa Latin "educare", yang dapat di artikan pembimbingan berkelanjutan (to lead forth). Jika diperluas, arti etimologis itu mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari generasi ke generasi selama eksistensi kehidupan manusia.
Arti luas pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan bertahan di segala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungn hidup, dan kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada di dlam diri individu. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu dapat mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas, dan matang. Jadi singkatnya, pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan, Pencerdasan, dan pematangan diri. Pendidikan sendiri wajib bagi siapa saja, dan kapan saja, di mana saja, karena menjadi dewasa, cerdas, dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya.
Pada awalnya, manusia menjalankan pendidikan secara instingtif   atau nalurial, semata-mata demi kelangsungan hidupnya. Naluri adalah kodrat bawaan yang tidak perlu di pelajari secara metodis dan sistematis terlebih dahulu. Naluri pendidikan sudah mulai tampak sejak lahir, ketika menangis, mulai tertawa menggerakan anggota tubuh, mulai bisa duduk, berdiri, berjalan, berlari, dan seterusnya. Setiap gerak-gerik manusia mencerminkan adanya naluri pendidikan. Nluri pendidikan lebih berakar pada daya perasaan dan kemauan manusia.
Selanjutnya, atas daya ciptanya, manusia mulai mengadakan perubahan dan perkembangan penyelenggaraan pendidikan secara terencana. Kegiatan pendidikan disusun dalam program yang beraneka ragam dalam jenis dan jenjang serta dilaksanakan menurut sistem dan metode tertentu. Sedangkan keanekaragaman program dan penjenjangan itu di susun berdasarkan kemampuan daya pikir, sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan, dan berdasarkn pada tujuan kehidupan. Di dalamnya ditentukan tujuan dan sasaran pendidikan, isi dan materi pendidikan, serta kemudian disusun strategi pelksanaannya dalam sustu sistem administrasi dan manajemen tertentu. Hal ini dilakukan agar penyelenggaraan pendidikan bisa berjalan dalam langkah-langkah yang efektif dan efidien bagi pencapaian tujuan.
Dari keterangan tersebut, dapat ditarik suatu pelajaran bahwa pendidikan adalah suatu upaya untuk membuat manusia menjadi lebih baik, dalam arti kehidupannya menjadi lebih berkembang. Dengan pendidikan, manusia berusaha meningkatkan kehidupannya dari tingkat kehidupan naluriah menjadi rasional berkebudayaan. Karena itulah pendidikan diartikan sebagai pembudayaan kehidupan manusia.
Dengan demikian, karena seluruh kegiatan hidup, baik disengaja atau tidak, pendidikan selalu bertahan, apapun yang menjadi tujuan hidup manusia adalah tujuan pendidikan itu sendiri. Antara kehidupan manisia dan pendidikan bereksistensi bagaikan hubungan tak terpisahkan antara ruh dan badan manusia. Bagi kehidupan manusia, pendidikan mutlak atau perlu.
2.   Perkembangan Sosial dan Moral Siswa
Pendidikan, ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan), adalah upaya penumbuhkembangan sumber daya manusia melalui hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang berlangsung dalam linfkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam hal ini masyarakat pendidikan dan keluarga.
Selanjutnya pendidikan baik yang berlangsung secara formal disekolah maupun yang berlangsung secara informal di lingkungan keluarga memiliki peran penting dalam mengembangkn psikososial siswa. Perkembangan sosial siswa, adalah proses perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain.
Dalam dunia psikologi pendidikan terdapat aneka ragam mazhab (aliran pemikiran) yang berhubungan dengan perkembangan sosial. Yang paling menonjol antara lain, 1) aliran teori cognitive psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg; 2) aliran teori social learning dengan tokoh utama Albert Bandura dan RH Walters. Tokoh-tokoh tersebut telah melakukan penelitian dan pengkajian perkembangan anak usia sekolah dasar dan menengah dengan penekanan khusus pada perkembangan moralitas mereka. Maksudnya, setiap tahap perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan perkembangan prilaku moral, yakni baik buruknya prilaku seseorang menurut norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

B.   Nilai Waisak Dan Pendidikan
1.   Pengertian Waisak
Kata Waaisak berasal dari bahasa Sansekerta: Vaishaka dan dalam bahasa Pali: Vesakha, dan pujabakti purnama Waisak dapat disebut Vaesakha-Puja atau Vesakha Punnami puja (Vaishaka Purnami Puja).
Hari Waisak sengaja disebut sebagi hari Raya karena sudah ditetapkan sebagai salah satu hari Raya Nasional bangsa Indonesia, dengan di tetapkannya Hari Waisak sebagai hari raya nasional oleh Presiden dengan Keputusan Presiden No.03 / 1983 tanggal 19 Januari 1983. Dengan demikian lengkaplah agama di Indonesia, baik Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha, memiliki hari ibadah yang ditetapkan sebagai Hari Raya Nasional.
Hari Raya Waisak pada umumnya jatuh pada purnamasidhi di bulan Mei, namun kadangkala pada hari-hari pertama bulan Juni bila jatuh pada tahun kabisat lunar.
Menurut catatan sejarah perkembangan Agama Buddha di Indonesia, pujabakti Waisak sudah di laksanakan pada buln Mei 1983, yaitu sesudah kehadiran Bhante Narada Mahathera dari Sri Langka. Kemungkinan lain bahwa Waisak telah dirayakan di Candi Borobudur sekitar tahun 1920-an yang dipelopori oleh Penghimpunan theosofi, dimana anggotanya sebagian besar orang-orang Belanda.
Selama ini patokan yang dipergunakan dalam menetapkan Hari Raya Waisak di Indonesia adalah purnama-Sidhi berdasarkan perhitungan astronomi yang bersifat universal, ilmiah dan modern.
Hari Waisak dijuluki pula "Hari Trisuci Waisak" karena pada hari itu umat Buddha sedunia memperingati tiga peristiwa agung yang terjadi pada diri kehidupan Sang Buddha Gotama lebih dari 2500 tahun yang lalu. Tiga Peristiwa agung tersebut adalah:
1.     Bodhisata (Calon Buddha) yang dinamai Pangeran Sidarta Gotama dilahirkn di Taman Lumbini, Nepal, pada tahun 623 SM
2.    Pangeran Sidarta, yang kemudian menjadi pertapa dibawah Pohon Bodhi Suci, di Buddha-Gaya, India, dengan kekuatan sendiri mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha.
3.    Sesudah 45 tahun lamanya perjalanan dan memberi pelayanan Dharma kepada umat manusia dan para dewa, Sang Buddha wafat pada usia 80 tahun di Kusinara, India, dan mencapai Pari-Nibbana pada tahun 543 SM
2.   Nilai Pendidikan dan Moral Waisak
Jadi, pendidikan serta ibadah sangatlah berperan dalam menciptakan karakter dan perilaku manusia yang baik. Perayaan waisak tidak hanya sekedar merayakan saja, melainkan agar anak-anak dan umat benar-benar dapat mengemban misi sesuai hakekat, yakni membersihkan diri, melakukan dan mencoba mengerti tujuan hidup sesuai pendidikannya.
Di tengah-tengah kehidupan dewasa ini, manusia sering mengabaikan pelaksanaan pendidikan moral, Sebagai umat awam umat buddha kita harus mengetahui nilai-nilai moral, biasanya di kenal dengan pancasila buddhis. Kelima nilai-nilai moral tersebut adalah:
1.     Panatipata Veramani Sikkhapadam Samadiyami.
2.    Adinnadana Veramani Sikkhapadam Samadiyami.
3.    Kamesu Micchacara Veramani Sikkhapadam Samadiyami.
4.    Musavada Veramani Sikkhapadam Samadiyami.
5.    Surameraya Majjapamadatthana Veramani Sikkhapadam Samadiyami.
Selain nilai-nilai moral di atas, agama Buddha juga amat menjunjung tinggi Karma sebagai sesuatu yang berpegangan pada prinsip sebab akibat.
















BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu upaya untuk membuat manusia menjadi lebih baik, dalam arti kehidupannya menjadi lebih berkembang. Dengan pendidikan, manusia berusaha meningkatkan kehidupannya dari tingkat kehidupan naluriah menjadi rasional berkebudayaan. Karena itulah pendidikan diartikan sebagai pembudayaan kehidupan manusia.
Sedangkan Nilai-nilai Pendidikan dan Moral Waisak adalah diharapkan umat buddha dapat mengemban misi sesuai hakekat, yakni membersihkan diri, melakukan dan mencoba mengerti tujuan hidup sesuai pendidikannya dan mengerti nilai-nilai moral dalam Pancasila Buddhis.
B.   Saran
Semoga dengan belajar dari bacaan "Nilai-Nilai Pendidikan dan Hari Raya Waisak" diatas pembaca bisa memahami makna yang terkandung dalam Pendidikan dan Hari Raya Waisak. Pembaca juga disarankan mencari sumber-sumber lain agar mendapatan yang lebih komperhensif, karena makalah ini tidak seutuhnya sempurna.

















DAFTAR PUSTAKA

Herman, Endro, Hari Raya umat Buddhaa dan Kalender Buddhis:
Assayuja, 1996.
Priastana, Jo, Format Pendidikan Buddhi, Jakarta: Buddha Gotama
Society, 2003.
Samani, M. Hariyanto, Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
Suhartono, Suparlan, Filsafat pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2007.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja
ROSADAKARYA, 2008.

1 comment:

  1. Copas boleh tp isi"nya saja ya...jangan copas mentah"...
    Sadhu

    ReplyDelete