Sunday 13 March 2016

Dhammadesana Kematian

kematian
Kematian dapat diumpamakan sebagai pelita atau lilin dan sejenisnya. ada 4 faktor penyebab pelita atau lilin padam, yang pertama sumbu habis, ke dua minyaknya habis, yang ke tiga minyak dan sumbu habis, dan yang terakhir faktor lainnya seperti terkena air, tertiup angin, atau jatuh dan akhirnya mati. Kematian bagaikan pelita atau lilin, suatu saat akan mati yang dikarenakan yang pertama: usia telah habis, itu bagaikan sumbunya telah habis, yang kedua: karmanya sudah habis atau bisa di umpamakan minyak pelita sudah habis, yang ketiga karma dan usia telah habis, itu bagaikan minyak dan sumbu habis, yang terakhir karena sesuatu hal yang disebabkan karena kecelakan, bisa jatuh darri motor, kecelakaan pada saat kerja dan lain sebagainya itu diibaratkan pelita yang diterjang angin atau terguyur air atau bisa juga karena jatuh dan akhirnya mati. Seperti telah di jelaskan dalam Dhammapada 277,278,279

sabbe sankhara aniccati / dukkhati / dhamma anittati
yada pannaya passati
atha nibbindati dukke
esa maggo visuddhiya
semua yang terbentuk tidak kekal/ dukkha/ bukan aku
bila dengan bijaksana orang melihat semua itu
maka penderitaan itu tidak akan ada lagi
inilah ajaran untuk mencapai kesucian
Dalam parita tersebut sudah sangat jelas bahwa dengan menyadari dengan bijaksana  akan mendapatkan kebahagiaan. Jadi seandainya ditingalakan orang yang disayangi janganlah berlarut-larut dalam kesedihan karena hanya akan menimbulkan atau menambah penderitaan. Seperti juga di jelaskan dalam SALLA SUTTA 575,576
Suatu makhluk, sekali dilahirkan, akan mengalami kematian, dan tidak ada jalan keluar darinya. Ketika usia tua atau penyebab lain tiba, maka kematian pun datang. Demikianlah adanya makhluk hidup.
(575)
Ketika buah-buahan masak, mereka mungkin akan jatuh di pagi hari. Seperti itu pula halnya suatu makhluk, sekali dilahirkan, bisa mati kapan pun juga.
(576)

Jadi sesuatu yang dilahirkan itu akan mengalami kematian dan tidak ada jalan keluar dari kematian, di ibaratkan buah yang sudah masak tidak tau kapan akan jatuh, seperti halnya kita, kita tidak tau kapan kematian akan datang kepada kita.
Jadi setelah mengerti dan menyadari semua itu hendaknya juga mengerti dan menyadari tentang semua yang ada di dunia ini terutama badan jasmani, seperti juga di jelaskan dalam MAHA PARINIBBANA SUTTA (D.II.16) yang intinya Sang Buddha memberikan Khotbah tentang beberapa aspek yg paling mendasar dan penting dalam ajaran Sang Buddha yaitu : semua yang terjadi adalah dukkha (penderitaan), anicca (ketidak kekalan), Anatta (tanpa aku). Saudara- saudara sedhamma kita harus menyadari 3 hal ini, dukkha, anicca, anata. Diimana hidup didunia ini tidak mungkin lepas dari penderitaan(dukkha), ditinggal orang yang disayangi adalah suatu penderitaan, atau yang anak muda-muda sekarang diputusin pacar menderitanya luar biasa. Padahal kalau menyadari semua itu bahwa hidup didunia ini itu tidak lepas dari penderitaan maka hidup ini tidak akan menderita. Yang kedua adalah anicca(ketidaka kekal), bahwa tak ada yang abadi didunia ini seperti yang telah dijelaskan oleh Sang Buddha Gautama didalam WIJAYA SUTTA bahwa tubuh ini atau badan jasmani ini tidaklah kekal, tetapi seorang dungu karena ketidaksadarannya (avidya) mempunyai anggapan bahwa badan jasmani ini adalah satu rupa atau bentuk-bentuk perwujudan yang baik sekali tanpa disadari jika badan ini mati sebagai bangkai didalam kuburan bengkat-bengkak, biru-biru mungkin dimakan cacing-cacing dan binatang lainya angota keluarga kita tidak ada yang menginginkannya lagi. kita harus menyadari bahwa wajah yang cantik ini tidak kekal, wajah yang ganteng ini tidaklah kekal. Seaandainya saudara-saudara mengerti semua itu maka kita akan bahagia. Yang ketiga adalah anatta (tanpa aku)yang dimaksud tanpa aku adalah tidak ada jiwa yang kekal atau jasmani ini tidak kekal, jadi badan jasmani ini nantinya juga akan lenyap atau akan kita tinggalkan, jadi tidak ada aku atau hanyalah nama dan rupa tidaklah kekal, semuanya berubah setiap saat, apabila nanti kita meninggal jasmani ini sudah tidak jadi milik kita, jadi yang dimaksudkan tanpa aku adalah nama dan rupa itu ketidak kekalan.
Sang Buddha juga pernah bersabda :
"Para Bhikkhu, walau dengan hadirnya Sang Tatthagata
atau tanpa hadirnya seorang Tatthagatha,
tetaplah berlaku suatu hukum,
suatu kesunyataan yang mutlak
bahwa segala sesuatu yang terbentuk adalah tidak kekal,...
tidak memuaskan,...dan tanpa inti ...."
(Angutara Nikaya, Yodhajiva-Vagga, 124)
jadi dengan bijaksana dan menyadari semua itu maka hidup ini akan bahagia.

Dalam kehidupan Sang Buddha ada sebuat kisah seorang ibu yang bernama kisagotami. Kisah gotami ini mempunyai seorang anak yang masih kecil,,,, pasti seorang ibu jika memiliki anak pasti bahagiannya luar biasa, tapi suatau ketika anaknya jatuh sakit dan anaknya meninggal. Kisagotami sangat sedih kehilangan anaknya. Dia tidak merelakan anaknya meninggal sampai-sampai dia berfikir untuk mencari obat bagaimana agar anaknya bisa hidup kembali, kisagotami ini menemui sang buddha dan memohon kepada sang buddha untuk menghidupkan anaknya kembali. Sang buddha menjawab “saya akan menghidupkan anakmu kembali dengan satu syarat, syaratnya adalah kamu harus mencari biji lada dari keluarga yang belum pernah ditinggalkan keluarganya, kisagotamipun pergi mencari biji lada dari keluarga yang belum pernah ditinggalkan.
Kisagotami                    : “tok..tok...tok.... permisih buk apakah ibuk mempunyai biji lada????
Rumah tangga   `           : Iya punya....
Kisagotami                    : Boleh saya minta buk...
Rumah tangga               : Boleh!!!!
Kisagotami                    : Buk apakah ibu belum pernah ditinggalkan sanak keluarga?????
Rumah tangga               : Oh 2 hari yang lalu anak suami saya meninggal
Kisagotami                    : Oohhh iya buk, tidak jadi....
Kisagotamipun pergi dan berpindah rumah dari satu rumah kerumah lainnya untuk mencari biji lada dari keluarga yang belum pernah di tinggalkan. Tapi dia tidak menjumpai satu keluarga yang memiliki biji lada dari keluarga yang belum pernah di tinggalkan, kisa gotamipun akhirnya tersadar bahwa semua orang pernah mengalami yang dia rasakan. Akhirnya dia memakamkan anaknya dan menemui sang buddha kemudian menjadi seorang bhikkhuni.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair Dhammapada 114 berikut:
“Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi tidak dapat melihat keadaan tanpa kematian (Nibbana), sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang yang dapat melihat “keadaan tanpa kematian”.”
Dari kisah tersebut terdapat pelajaran yang sangat berharga bahwa didunia ini tidaklah kekal tanpa aku yang kekal dan semua tidak lepas dari penderitaan jadi kita harus memandang semua itu dengan bijaksana agar memperoleh kebahagiaan.

Kembali lagi pada pelita atau lilin...Hidup itu bagaikan pelita atau lilin. Gunakanlah hidup ini laksana pelita yang membawa cahaya dari suatu kegelapan, jadikanlah hidup ini bermanfaat bagi orang lain maupun diri sendiri sehingga akan memperoleh kebahagian, baik kehidupan sekarang atau yang akan datang.


Wednesday 9 March 2016

Kenakalan Remaja

KENAKALAN REMAJA
Oleh: Slamet Susilo

Telah kita ketahui bahwa kenakalan remaja itu sangat menurunkan moral pada diri kita dan lebih-lebih pada bangasa kita ini,oleh sebab itu kita sebagai siswa-siswi peduli dan tanggap akan moral-moral remaja yang sangat bertolak belakang dengan apa yang telah ditentukan oleh sang maha pencipta, seperti halnya penyalah gunaan obat-obatan terlarang, pergaukan bebas yang tidak bisa memanage pada diri kita masing-masing shingga munculah benih-benih kenakalan remaja yang tumbuh pada diri remaja itu sendiri.
Mengapa Kenakalan Remaja Bisa Muncul?
A.    Pengaruh Kawan Sepermainan
Apabila dalam pengembaraanmu engkau tak dapat menemukan seorang sahabat yang berkelakuan baik, pandai dan bijaksana, maka hendaknya ikutilah dia yang akan membawa kebahagiaan dan kesadaran bagi dirimu yang akan menghindarkan dirimu dari kesukaran dan mara bahaya” (Dhammapada 328)
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya. Dijaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orang tua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya. Pengaruh kawan ini memang cukup besar. Dalam Mangala Sutta, Sang Buddha bersabda: “Tak bergaul dengan orang tak bijaksana, bergaul dengan mereka yang bijaksana, itulah Berkah Utama”. Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk apabila dibungkus dengan selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk. Sedangkan bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar kertas, kertas itu pun akan wangi baunya. Seperti juga dijelaskan dalam Sukkhapathana Sutta “Orang yang mengikat ikan yang busuk dengan rumput rusa maka rumput rusa pun akan berbau busuk, begitu juga orang yang tidak melakukan kejahatan  bergaul dengan orang yang melakukan kejahatan maka akan dicurigai melakukan kejahatan dan nama buruknya akan berkembang” Perumpamaan ini menunjukkan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya.
Dalam Sigalovada Sutta Sang Buddha menjelaskan bahwa bergaul dengan orang yang buruk normanya merupakan salah satu sebab yang membawa pada kemerosotan batin. Faktor lainnya ialah karena pengaruh lingkungan. Lingkungan dengan kebiasaan masyarakat setempat yang buruk akan membawa dampak buruk juga terhadap perkembangan anak. Tetapi walaupun seorang remaja tumbuh di lingkungan dengan tingkat kriminalitas yang tinggi, hubungan dengan teman sebaya dapat mempengaruhi dirinya apakah akan melakukan kenakalan
Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak ‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman yang baik.
Dalam Digha Nikaya III, 188, Sang Buddha memberikan petunjuk tentang kriteria teman baik yaitu mereka yang memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang dan harta kita apabila kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita.
Sebaliknya, Dalam Digha Nikaya III, 182 diterangkan pula kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah teman yang akan mendorong seseorang untuk menjadi penjudi, orang yang tidak bermoral, pemabuk, penipu, dan pelanggar hukum.
B.     Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak seperti yang telah diterangkan oleh Sang Buddha dalam Digha Nikaya III, 188. Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang agama pengelola sekolah. Hal ini penting untuk menjaga agar pendidikan Agama Buddha yang telah diperoleh anak di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang benar tentang adanya beberapa agama di dunia. Berilah pengertian yang baik dan bebas dari kebencian tentang alasan orangtua memilih agama Buddha serta alasan seorang anak harus mengikuti agama orangtua, Agama Buddha.Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah disinggung di atas, biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai dengan kesenangan ataupun bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.
C.     Penggunaan Waktu Luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya akhirnya ia terjerumus danTersesat. Dalam Muni Sutta telah di jelaskan “Seorang yang masih muda memiliki pengendalian diri, tidak melakukan kejahatan, pikirannya terkendali dengan baik, tidak tergoda oleh kesenangan indera disebut sebagai orang suci oleh para bijaksana”.

Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan materi, sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Kegiatan keluarga dapat berupa pembacaan Paritta bersama di Cetiya dalam rumah ataupun melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, dan lain sebagainya. Kegiatan keluarga dapat pula berupa tukar pikiran dan berbicara dari hati ke hati. Misalnya, dengan makan malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Pada hari Minggu seluruh anggota keluarga dapat diajak kebaktian di Vihãra setempat. Mengikuti kebaktian, selain memperbaiki pola pikir agar lebih positif sesuai dengan Buddha Dhamma juga dapat menjadi sarana rekreasi. Hal ini dapat terjadi karena di Vihãra kita dapat berjumpa dengan banyak teman dan juga dapat berdiskusi Dhamma dengan para Bhikkhu maupun pandita yang dijumpai. Selain itu, dihari libur, seluruh anggota keluarga dapat bersama-sama pergi berenang, jalan-jalan ke taman ria atau mal, dan lain sebagainya.
D.    Uang Saku
Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Anak diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan uang dengan selalu menggunakan prinsip hidup ‘Jalan tengah’ seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha.Ajarkan pula anak untuk mempunyai kebiasaan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat dengan kerja dan semangat.
Pemberian uang saku kepada remaja memang tidak dapat dihindarkan. Namun, sebaiknya uang saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah. Yaitu:
1.  Anak menjadi boro.
2. Anak tidak menghargai uang, dan 
3. Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang.

E.     Perilaku Seksual
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan yang sesuai dengan Buddha Dhamma. Sang Buddha telah memberikan pedoman untuk bergaul yang tentunya juga sesuai untuk pegangan hidup para remaja. Mereka hendaknya dididik selalu ingat dan melaksanakan Pancasila Buddhis. Pancasila Buddhis atau lima latihan kemoralan ini adalah latihan untuk menghindari pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan, dan mabuk-mabukan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.
v  Ciri-Ciri Kenekalan Remaja
Dalam hal ini terdapat beberapa macam ciri-ciri tenteng kenakalan remaja adalah
sebagai berikut :
1.      pemarah, apabila menghadapi suatu permasalahan dan masalah itu terasa tidak cocok maka seketika itu bisa langsung marah.
2.      pemalas, biasanya kalau seseorang apabila sudah terjerumus kedalam hal yang negatif biasanya akan menjedi seorang yang pemalas dalam segala hal-hal yang bersifat baik.
3.      tidak memiliki rasa belas kasih yang besar.
4.      mudah putus asa atau tidak sabaran.
5.      apabila dilihat dari segipakaiannya tidakpernah memakai pakaian yang rajin atau sering memakai pakaian yang tidak pantas untk dipakai, seperti laki-laki memakai pakaian perempuan atau sebaliknya.
6.      potngan rambut atau keadaan tubuhnya tidak pernah diperhatikan.
7.       tidak mengenal yang namanya dosa dan tidak pernah merasa takut terhadap siapapun.
8.       dan lain-lain.

v  Akibat Dari Kenakalan Remaja
Setelah seseorang melakukan sebuah usaha baik itubaik atau tidak baik yang pasti pasti akan menerima atau mendapatkan manfaat, dan apabila yang dikerjakannya itu selalu bersimpangan dengan ajaran agama maupun peraturan dari negara maka juga pasti akan mendapatkan akibatnya. Akibat dari kenakalan remaja antara lain adalah sebagai berikut yang diantaranya :
1. Apabiala bertempat dimasyarakat akan mendapatkan teguran atau gunjingan dari
masyarakat setempat.
2. Akan dibenci dan di musuhi banyak orang.
3. Tentunta akan dijauhi banyak orang.
4. Tidak disukai oleh khalayak.

Dari berbagai penyebab serta akibat dari pergaulan bebas diatas, maka harus ada tindak lanjutnya agar penyebab kenakalan remaja ini dapat dicegah ataupun diatasi. Sebagaimana hujan yang tak dapat menembus rumah yang beratap baik, maka demikian pula nafsu tak dapat masuk ke dalam pikiran yang jernih (Dhammapada 14). Jika seorang remaja sejak dini dibekali dengan landasan moral yang baik dan dari remaja itu sendiri melatih pikiran dengan baik maka kemungkinan ia akan terjerumus dalam pergaulan bebas sangatlah kecil.
Buddhagosa dalam kitab Vishuddhimagga sebagaimana dijelaskan fungsi Silaadalah menghancurkan kelakuan yang salah dan menjaga agar tetap tidak bersalah. Sebab terdekat  yang menimbulkan sila itu sendiri ialah malu berbuat jahat(hiri) dan takut akan akibat perbuatan yang salah (ottappa).
Adapun Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dan khusus. diantaranya adalah
Ø  Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus
1.      Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
2.      Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan.
3.      Usaha pembinaan remaja.
4.      Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya
5.      Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
6.      Menyediakan sarana-sarana dan meciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar.
7.      Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana terjadi banyak kenakalan remaja.
Dengan usaha pembinaan yang terarah para remaja akan mengembangkan diri dengan baik sehingga keseimabnagn diri akan dicapai dimana tercipta hubungan yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi. Pikiran yang sehat akan mengarahkan mereka ke perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.
Ø  Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus
Dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkahlaku para remaja. Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan para pendidik lainnya.
Sarana pendidikan lainya mengambil peranan penting dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan kuat. Misalnya kepramukaan, dan yang lainnya.
Usaha pendidik harus diarahkan terhadap remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkahlaku remaja di rumah dan di sekolah.
Pemberian bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah pengertian remaja mengenai:
1. Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
2.Penyesuaiam diri: mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
tersebut.
3. Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan
sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik. 
Bimbingan yag dilakukan dengan dua pendekatan:
1. Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada si remaja itu
sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan si remaja danmembantu mengatasinya.
2.  Pendekatan melalui kelompok di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau
kelompok kecil tersebut:
3. Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
4. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingklaku baik dan merangsang hubungan
sosial yang baik.
5. Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukaka pandangan
dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.
6. Dengan melakukan permainan bersama dan bekerja dalam kelompok dipupuk solidaritas
dan persekutuan denga Pembimbing.
7. Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.
1.      Di rumah, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
2.      Di sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru san staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan team guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara atau seterusnya tergabtung dari macam pelanggaran tata tertib sekolah yang digariskan.
3.      Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
Dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkahlaku si pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.