Tuesday 5 January 2016

Maha Parinibbana Sutta (D.II.16)

 MAHA PARINIBBANA SUTTA (D.II.16)

Dibabarkan : Sang Buddha kpd Patih Vassakara di bukit Gijjhakutta, Rajagaha.
Berkenaan: Perintah raja Ajjattasatu kpd patih Vassakara untuk meminta nasehat SB sebelum berperang melawan Suku Vaji.

Intinya : Sang Buddha memberikan Khotbah ttg beberapa aspek yg paling mendasar dan penting dalam ajaran Sang Buddha yaitu :

a.   Tujuh Syarat Kesejahteraan Suatu Bangsa :
1)  Sering berkumpul mengadakan musyawarah.
2)  Dalam musyawarah selalu menganjurkan perdamaian.
3)  Menetapkan peraturan baru dan meneruskan peraturan yg lama.
4)  Menunjukkan rasa hormat dan bakti kpd orang yg lebih tua.
5)  Melarang keras adanya penculikan-penculikan terhadap wanita-wanita dari keluarga
6)  Menghormati tempat-tempat suci
7)  Menghormati orang-orang yg patut dianggap suci
b.   Tujuh Syarat Kesejahteraan Bagi Para Bhikkhu :
1)  Sering berkumpul dan bermusyawarah untuk mencapai mufakat.
2)  Dalam pertemuan itu selalu menganjurkan persatuan dan kesatuan serta perdamaian.
3)  Tidak menetapkan peraturan baru dan menghapus peraturan lama.
4)  Selalu berbuat sesuai Vinaya.
5)   Menghormati dan berbakti kepada Bhikkhu yg lebih tua.
6)  Menyenangi hutan sbg tempat tinggal yg lebih tenang.
7)  Mengembangkan pikiran yg baik dengan rekan sepenghidupan


c.    Tujuh Sifat Baik :
1)  Keyakinan.
2)  Rasa malu untuk berbuat jahat.
3)  Rasa takut akan akibat dari perbuatan jahat.
4)  Banyak pengetahuan.
5)  Keteguhan batin.
6)  Perhatian yg kuat.
7)  Kebijaksanaan.
d.   Nasehat Sang Buddha kepada Para Bhikkhu
Sang Buddha memberi nasehat tentang Sila, Samadhi dan Panna. Besar pahala dan kemajuan bila meditasi dikembangkan berdasarkan sila yang baik. Besar sekali pahala dan kemajuan bila panna dikembangkan berdasarkan meditasi yang baik. Batin yang dikembangkan berdasarkan kebiksanaan yang baik akan bebas dari kekotoran batin (nafsu indera, nafsu untuk menjadi dan pandangan salah)
e.    Tujuh macam persepsi :
1)  Memiliki pengertian ttg ketidak kekalan (Anicca).
2)  Mengembangkan pengertian ttg ketanpa akuan (Anatta).
3)  Mengembangkan pengertian ttg ketidak indahan tubuh.
4)   Mengembangkan penghapusan pandang.
5)   Mengembangkan penghentian kekotoran batin.
6)   Mengembangkan penghentian nafsu.
7)  Mengembangkan penghentian Dukkha.
f.      Enam Syarat Yg Harus Diingat :
1)  Saling mengasihi dan menyayangi dalam perbuatan.
2)  Saling mengasihi dan menyaygi dalam ucapan.
3)  Saling mengasihi dan menyaygi dalam pikiran.
4)  Membagi perolehan dengan adil.
5)  Melaksanakan kehidupan suci dengan sila yg tidak dilanggar/tidak ternoda.
6)  Mengembangkan pandangan benar untuk melenyapkan penderitaan.
g.   Tujuh Faktor Penerangan Sejati (Bhojanga) :
1)  Perhatian (Sati)
2)   Penyelidikan Dhamma (Dhamma vicaya)
3)  Bersemangat (Viriya)
4)  Keriaan dalam meditasi (Piti)
5)  Ketenangan (passsadhi)
6)  Meditasi (Samadhi)
7)  Keseimbangan batin (Upekkha)
h.   Raungan Singa Sariputta.

Ucapan yang lantang bagaikan raungan singa oleh bhikkhu Sariputta tentang keyakinan kepada Sang Bhagava yg sungguh tiada bandingnya. Bhikkhu Sariputta belum pernah menemukan baik dulu maupun sekarang ada seorang brahmana atau orang lain yang lebih percaya dalam penerangan sempurna dibandingkan dengan Sang Bhagava sendiri.
Sang Buddha di Pataligama memberikan nasehat kepada Saudara-saudara yang berumahtangga tentang lima bahaya dari tindakan tidak susila dan membawa kemerosotan moral
1.   Kehilangan sebagian besar kekayaan
2.   Perbuatan mereka yang tidak baik
3.    Perbuatan mereka memalukan dan menyusahkan masyarakat
4.   Mereka akan meninggal dunia dalam kebingungan
5.   Terlahir kembali di alam penderitaan

i.      Kesunyataan Mulia (Ariya Sacca)
1)  Dukkha Ariya Sacca (kesunyataan mulia ttg Dukkha).
2)  Dukkha Samudaya Ariya Sacca (kesunyataan mulia ttg sebab dari Dukkha).
3)  Dukkha Niroda Ariya Sacca (kesunyataan mulia ttg lenyapnya Dukkha).
4)  Dukkha Niroda Gamini patipada Ariya sacca (kesunyataan mulia ttg jalan menuju lenyapnya Dukkha) yaitu jalan tengah yg beruas delapan, yaitu :
a)         Samma Ditthi         : Pandangan Benar
b)        Samma Sankhappa : Pikiran Benar
c)         Samma Vaca           : Ucapan Benar
d)         The Kamantha yang sama: pebuatan Bones
e)         Samma Ajiva          : Mata Pencaharian Benar
f)          Samma Vayama     : Usaha Benar
g)        Samma Sati             : Perhatian Benar
h)         Samma Samadhi: Samadhi Benar
j.     Delapan sebab Gempa bumi.
1)  Bumi yg luas terbentuk dari zat cair, zat cair terbentuk dari udara dan udara ada diangkasa. Apabila udara bertiup maka zat cair tergoncang. Kegoncangan zat cair ini menyebabkan bumi bergetar. (terbentuknya bumi/dunia)
2)  Apabila seorang pertapa mempunyai kekuatan batin yg besar, seseorang yg telah memperoleh kekuatan untuk mengendalikan pikirannya, mengembangkan pemusatan pikiran yg hebat pada unsur bumi, dan pada suatu tingkatan yg tak terbatas pada unsur Zat cair, ia juga dapat menyebabkan bumi bergetar.
3)  Ketika Bodhisattva meninggalkan surga tusita & lahir melalui rahim seorang ibu yg penuh pengertian dan perhatian besar.
4)  Ketika sang Bodhisattva lahir.
5)  Ketika Bodhisattva mencapai kesempurnaan, yg maha sempurna, tak ada yg meyamainya dan sungguh luar biasa kesempurnaannya.
6)  Ketika SB memutar Dhamma cakka (Roda Dhamma)
7)  Ketika SB bertekad meneruskan hidupnya.
8)  Ketika SB Maha parinibbana.


k.   Permohonan Mara.

Mara memohon kepada SB agar segera mengakhiri hidupnya. SB menjawab: "sebelum para Bhikkhu / Bhikkhuni / Upasaka / upasika menjadi siswa-siswa Ku yg benar-benar bijaksana dalam menerapkan peraturan yg benar-benar, cakap, terpelajar, memelihara Dhamma, hidup sesuai Dhamma, berpegang teguh pada pimpinan yg telah ditetapkan, telah mempelajari kata-kata Sang Guru, dapat menjelaskan, mengkhotbahkannya, mengumumkannya, menyusun, mengartikannya, menjelaskan secara seksama, membuatnya menjadi jalas, dapat memberikan penjelasan secara sempurna sehingga menimbulkan keyakinan pada setiap orang bahwa Dhamma dapat membawa kebebasan terakhir / Nibbana.

Mara: Pembawa kematian., Nafsu, godaan, kebiasaan buruk / sifat yg jahat.
Lima macam mara : Pancakhanda, Aktivitas kamma, Kematian, Kekotoran batin, Makhluk yg menyerupai dewa.

Pasukan mara terdiri dari :
1.   Nafsu Indera           6. Sifat pengecut
2.   Ketidakpuasan                7. Ketidakpastian
3.   Kelaparan               8. Sifat keras kepala
4.   Nafsu Keinginan     9. Dapat pujian yg sebenarnya tak diperoleh
5.   Mengantuk              10. Memuji diri sendiri, menjelekkan orang

l.      Delapan Kebebasan

1.   Ia melihat badan jasmani (rupa) sebagai jasmani (rupa)
2.   Ia menyadari tanpa jasmani (arupa) di dalam diri, ia melihat jasmani (rupa) di luar
3.   Berpikir “itu indah” ia menjadi teguh
4.    Dengan melampui semua pencerapan jasmani, semua pencerapan ketidaksenangan mengalihkan perhatian dari bermacam-macam pencerapan, berpikir "Ruangan tanpa batas", mencapai "alam Ruang tanpa batas (Akasanancayatana)
5.   Dengan melampui “alam ruang tanpa batas” berpikir “kesadaran tanpa batas” mencapai alam kesadaran tanpa batas (Vinnanancayatana)
6.   Dengan melampui ‘Alam kesadaran tanpa batas” berpikir “tidak ada seseuatu” mencapai alam kekosongan (Akincannayatana)
7.    Dengan melampui 'alam kekosongan' berpikir "Bukan pencerapan dan tidak bukan pencerapan" mencapai "alam Bukan pencerapan dan tidak bukan pencerapan" (Neva Sanna nasannayatana)
8.    Dengan melampui Alam bukan pencerapan dan bukan tidak pencerapan "mencapai kondisi Lenyapnya Perasaan dan pencerapan '(Sanna vedayita nirodha)
.
m.      Nasehat Sang Buddha.

“Dhamma merpakan pengetahuan langsung yg telah kuajarkan untuk dipelajari benar-benar, dipelihara benar-benar, dikembangkan serta dipraktekkan Dhamma secara berulang-ulang”.  
Dhamma yang telah kuajarkan;
1.   Empat Usaha benar
2.   Empat dasar kekuatan
3.   Lima bakat batin
4.   Enam Kekuatan
5.   Tujuh faktor penerangan sejati
6.   Jalan mulia berunsur delapan

Dhamma yg telah kuajarkan:
1)  Empat Usaha benar.
a)    Usaha yg rajin agar kondisi yg jahat dan buruk tidak timbul pada diri seseorang.
b)   Usaha yg rajin menghilangkan kondisi-kondisi yg jahat dan buruk yg telah timbul pada diri seseorang.
c)   Usaha yg rajin menimbulkan keadaan-keadaan yg baik pada diri seseorang.
d)  Usaha yg rajin menjaga keadaan-keadaan yg baik yg telah timbul dan tidak membiarkan lenyap.
2)  Empat Dasar Kekuatan Batin.
a)   Kesadaran pada penyelidikan terhadap badan jasmani (kayanupassana).
b)  Kesadaran pada penyelidikan terhadap perasaan (Vedananupassana).
c)   Kesadaran pada penyelidikan terhadap Pikiran (Cittanupassana).
d)  Kesadaran pada penyelidikan terhadap Kesan-kesan pikiran (Dhammanupassana).

3)  Lima Bakat Batin.

a)   Mempunyai bakat/keahlian dalam pemikiran akan memasuki jhana.
b)  Mempunyai bakat/keahlian dalam memasuki jhana.
c)   Mempunyai bakat/keahlian dalam menentukan waktu berapa lama hendak berada dalam jhana.
d)  Mempunyai bakat/keahlian dalam pemikiran akan keluar dari jhana.
e)   Mempunyai bakat/keahlian dalam peninjauan jhana.

n.   Enam Kekuatan Batin.

a)   Kemampuan untuk mengingat kelahiran yg lampau.
b)  Kemampuan untuk melihat alam-alam lain dan kesanggupan melihat muncul dan lenyapnya makhluk-makhluk yg bertumimbal lahir sesuai dengan Kammanya masing-masing.
c)   Kemampuan untuk membasmi kekotoran batin.
d)  Kemampuan untuk membaca pikiran orang lain.
e)   Kemampuan untuk mendengar suara-suara dari makhluk-makhluk yg berada dialam lain.
f)    Kekuatan magis.

o.   Cermin Kebenaran.

Lb : Adanya kerisauan Bhikkhu Ananda yg kemudian menanyakan kepada SB bahwa setiap makhluk harus mengalami kematian.
Isi : SB menganjurkan kepada para Siswa agar memiliki keyakinan yg tidak tergoyahkan pada kebenaran/sifat-sifat luhur dari Sang Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Cermin kebenaran adalah sbg suatu sarana untuk melihat kebenaran yg hakiki sehingga seseorang melalui pandangan benar dapat melihat hidup ini dengan sewajarnya. SB memberikan khotbah Cermin kebenaran ini bertujuan agar para siswa dapat mawas diri

p.   Empat  Tempat Ziarah (Dharmayatra).

1)   Tempat lahir Sidhatta Gotama (Lumbini).
2)  Tempat pertapa Gotama mencapaia penerangan sempurna dan menjadi Buddha (Bodh Gaya).
3)  Tempat dimana SB memutar Roda Dhamma (Dhammacakka) di Taman Rusa Isipatana, Baranasi.
4)  Tempat SB mencapai Maha Parinibbana (di Kusinara)

q.   Cara Menghormat Badan Wadaq/Jenasah/Jasad Dari Sang Buddha

1)  Membungkus dengan 500 balutan kain linen.
2)  Membungkus dengan 500 balutan kain wol.
3)  Menempatkan jenasah yg sudah dibalut kedalam sebuah peti pembuluk yg dicat Meni.
4)  Menempatkan jenasah diatas tempat pembakaran jenasah yg dibangun dengan beraneka macam kayu wangi/cendana.
5)  Membangun stupa bekas tempat pembakaran jenasah/badan wadaq Sang Buddha.

P.  (Empat) Pencapaian Istimewa.
1)   Bhikkhu Salha dapat melenyapkan kekotoran batin selama hidupnya dan mendapatkan kebebasan batin melalui kebijaksanaan.
2)  Bhikkhu Nanda dapat menghancurkan 5 belenggu yg rendah dan menghancurkan keinginan untuk hidup di alam dewa dan tak akan terlahir lagi didunia. Juga Upasaka Sudatta mampu menghancurkan 3 belenggu dan menjadi seseorang yg akan dilahirkan sekali lagi.
3)  Upasika Sujata dapat menghancurkan 3 belenggu yg rendah dan menghancurkan keinginan untuk hidup di alam dewa dan tak akan terlahir lagi didunia.
4)  Upasaka Kakhuda dapat menghancurkan 5 belenggu yg rendah dan menghancurkan keinginan untuk hidup di alam dewa dan tak akan terlahir lagi didunia.

q.   Santapan Terakhir Dari Sang Buddha

Ada dua macam makanan yg mempunyai pahala dan nilai kebaikan sama yg melebihi nilai dari semua dana makanan yg lainnya :
1)  Dana makanan yg pertama kali dipersembahkan  oleh SB setelah mencapai penerangan sempurna.
2)  Dana makanan yg terakhir kali dipersembahkan  oleh SB sebelum Maha Parinibbana (sukkharamandava = jamur atau rebung persembahan dari Cunda)
Pahala / kebajikannya yaitu:
1.   Mempunyai kesejahteraan
2.   Panjang umur
3.   Rupawan
4.   Kemuliaan
5.   Terlahir di alam surga

r.    Nasehat Terakhir Dari SB.
1)   Apabila diperlukan, Sangha dapat menghapus peraturan kecil (Khuddaka Sikkhapada).
2)   Kenakanlah hukuman Brahmadanda ke Chana setelah SB Maha Parinibbana.
-        Chana mendapat hukuman B bahwa Channa merasa berperan pada pelepasan Agung (Mahabhiniskrama) dan Chana merasa paling dekat dengan SB.
-         Brahmadanda = Bhikkhu Channa bisa berbicara apa saja yg diinginkannya kepada para Bhikkhu, sedangkan para Bhikkhu lain tidak dapat berbicara, menegur atau memperingatkannya.
3)   Segala sesuatu adalah tidak kekal berusahalah dengan sungguh-sungguh (Vaya dhamma sankhara appamadena sampadeta).

S.   Sikap Bhikkhu terhadap wanita.
1)  Jangan memandang wanita.
2)  Bila berbicara dengan wanita selalu sadar terus dan memusatkan pikiran.

T.  Tahapan memasuki Parinibbana.
1)   SB memasuki kondisi penghentian, pencerapan dan perasaan.
2)   SB memasuki kondisi bukan pencerapan maupun tidak bukan pencerapan.
3)  SB memasuki keadaan kekosongan.
4)  SB memasuki keadaan kesadaran tak terbatas.
5)  SB memasuki keadaan ruangan tak terbatas.
6)  SB memasuki Jhana ke-4
7)  SB memasuki Jhana ke-3.
8)  SB memasuki Jhana ke-2.
9)  SB memasuki Jhana ke-1
10)              SB memasuki Jhana ke-2.
11)              SB memasuki Jhana ke-3.
12)              SB memasuki Jhana ke-4.
13)              SB memasuki keadaan ruangan tak terbatas.
14)              SB memasuki keadaan kesadaran tak terbatas.
15)              SB memasuki keadaan kekosongan.
16)               SB memasuki kondisi bukan pencerapan maupun tidak bukan pencerapan.
17)               SB memasuki kondisi penghentian, pencerapan dan perasaan.

U. Pembagian Sisa Jasad Sang Buddha (dibagi oleh Brahmana Dona)

1.   Raja Ajjatasatu (Magadha)
2.    Suku Licchavi (Vesali)
3.   Suku Sakya (Kapilavattu)
4.   Suku Boli (Alakapa)
5.    Suku Koliya (Ramagama)
6.   Kaum Brahmana (Vetthadipa)
7.   Kaum Malla (Pava)

8.   Suku Malla (Kusinara)

No comments:

Post a Comment