Tuesday 26 April 2016

Pentingnya Teknologi Bagi Guru

A.Pendahuluan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah berkembang sangat jauh saat ini dan telah merevolusi cara hidup kita, baik terhadap cara berkomunikasi, cara belajar, cara bekerja, cara berbisnis, dan lain sebagainya. Era informasi memberikan ruang lingkup yang sangat besar untuk mengorganisasikan segala kegiatan melalui cara baru, inovatif, instan, transparan, akurat, tepat waktu, lebih baik, memberikan kenyamanan yang lebih dalam mengelola dan menikmati kehidupan. Dengan teknologi informasi dan komunikasi semua proses kerja dan konten akan ditransformasikan dari fisik dan statis menjadi digital, mobile, virtual dan personal. Akibatnya kecepatan kinerja bisnis meningkat dengan cepat. Kecepatan proses meningkat sangat tajam di banyak aktivitas modern manusia. Kini teknnologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Walaupun pada umumnya berada pada tataran konsumen atau pemakai, namun keadaannya masih kalah jauh dari negara-negara tetangga, tetapi Indonesia tidak luput dari pengaruh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa jenjang sekolah, khususnya pada tingkat sekolah menengah atas (SLTA) dan sekolah menengah pertama (SLTP) dan sederajat, termasuk juga sebagian kecil sekolah dasar, kini para siswa telah diberi sebuah mata pelajaran yang berhubugan dengan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga diharapkan para siswa setidaknya sudah tidak asing dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan kalah pentingnya adalah guru dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain. Kini beberapa sekolah telah menerapkan pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, Internet dan lainnya) untuk menyampaikan isi materi yang diajarkan. Komputer, internet, intranet, satelit, tape/video, TV interaktif dan CD ROM adalah bagian media elektronik yang dimaksudkan dalam kategori ini. Komponen yang tak kalah penting dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran adalah para guru yang mengajar pada sekolah dalam berbagai jenjang. Guru yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses pembelajaran di sekolah sebenarnya memerlukan berbagai piranti dalam mengoptimalkan pemanfaatan TIK dan Komunikasi in untuk mendukung kemampunnya yang diperlukan khususnya dalam operasional perangkat TIK tersebut. Berbagai hasil penelitian menunjukkan kini masih banyak guru yang masih gagap dalam pemakian komputer dalam mengakses informasi dan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran. Jarang ada pelatihan guru yang bersifat pembekalan tentang suatu ketrampilan atau keahlian khusus, misalnya aplikasi TIK, padahal pelatihan seperti ini tidak kalah penting dan bermanfaat bagi guru, terutama guru yang masih gagap teknologi. Menurutnya ada beberapa faktor yang menjadikan para guru masih gagap TIK, pertama, lokasi, bagi guru yang mengajar di daerah terpencil, teknologi canggih seperti komputer bukanlah sesuatu yang urgen untuk dikuasai karena kebutuhan untuk menggunakan sangat rendah. Kedua, kesadaran yang masih rendah mengenai mengenai arti penting teknologi untuk menunjang professi guru dalam menyelesaikan tugas, Ketiga, tidak adanya kesempatan dan peluang untuk bisa lebih dekat dengan teknologi canggih. Kini guru dalam pemanfaatan kemajuan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap teknologi. Dimana pembelajaran interaktif (e-learning) yang juga harus melibatkan guru-guru dalam bidang studi lainnya akan terhambat. Peran pimpinan atau kepala sekolah sangat penting dalam memajukan sekolah, khususnya penguasaan para guru dalam pemanfaatan TIK. Pimpinan yang tidak sigap dalam adaptasi dengan perkembangan teknologi dapat mengakibatkan kebijakan yang menjadikan guru gagap teknologi, yang nantinya akan mengakibatkan hilangnya daya tarik dalam proses belajar. Di era informasi ini, tanpa adanya kemauan untuk mengerti, menggunakan, dan mengakses bidang yang relevan dengan keilmuannya maka fungsi guru sebagai fasilitator perkembangan ilmu akan tereduksi yang lama-lama bisa jadi hilang, sehingga yang ada hanyalah guru yang miskin informasi. Masih ada guru yang beranggapan tidak menggunakan komputer dan TIK dalam proses pembelajaran bukan hal mengganggu jalannnya pelajaran, karena guru merasa tidak mendapatkan fasilitas komputer saat mengajar, jadi inilah yang membuat guru merasa tidak perlu untuk tahu cara menggunakan komputer. Jika dilihat dari kenyataannya ini terjadi pada guru-guru yang sudah berusia tua, walaupun yang guru junior pun masih ada yang gagap pada kemanjuan TIK. Berawal dari masalah tersebut didalam makalah ini akan dibahas tentang peningkatan kompetensi pada guru dengan penguasaan TIK. Perkembangan TIK dewasa ini ibarat embun dipagi hari, sering dalam tidur lelap kita tidak menyadari bahwa keesokan paginya telah ditemukan penemuan baru yang sangat penting bagi sejarah manusia. Lagi-lagi kita hanya mengiyakan penemuan itu tanpa harus berupaya menguasainya, lebih parah jika hanya cukup dengan keadaan yang ada tanpa adanya usaha apapun dalam merespon perkem-bangan ini. B. Pengertian Teknologi Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah tangga elektronik, dan peranti genggam modern (misalnya ponsel). TI adalah bidang pengelolaan teknologi dan mencakup berbagai bidang yang termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal seperti proses, perangkat lunak komputer, sistem informasi, perangkat keras komputer, bahasa program , dan data konstruksi. Singkatnya, apa yang membuat data, informasi atau pengetahuan yang dirasakan dalam format visual apapun, melalui setiap mekanisme distribusi multimedia, dianggap bagian dari TI. TI menyediakan bisnis dengan empat set layanan inti untuk membantu menjalankan strategi bisnis: proses bisnis otomatisasi, memberikan informasi, menghubungkan dengan pelanggan, dan alat-alat produktivitas. Teknologi Informasi (TI) telah berkembang sangat jauh saat ini dan telah merevolusi cara hidup kita, baik terhadap cara berkomunikasi, cara belajar, cara bekerja, cara berbisnis, dan lain sebagainya. Era informasi memberikan ruang lingkup yang sangat besar untuk mengorganisasikan segala kegiatan melalui cara baru, inovatif, instan, transparan, akurat, tepat waktu, lebih baik, memberikan kenyamanan yang lebih dalam mengelola dan menikmati kehidupan. C.Pentingnya Menggunakan Teknologi informasi Manfaat Teknologi Informasi Sebagai Pembelajaran Interaktif Selain memungkinkan terjadinya komunikasi tanpa batas ruang dan waktu, teknologi interaktif juga bisa dimanfaatkan untuk mencakup pembelajaran interaktif. Pembelajaran cara ini merupakan pembelajaran yang kaya media, kaya informasi, dan kaya komunikasi. Dengan menggunakan teknologi interaktif, manusia bisa belajar dari materi yang disampaikan dengan format multimedia. Dalam pembelajaran interaktif berbasis teknologi, belajar menjadi lebih menarik karena diperkaya dengan suara, gambar, gambar bergerak, dan tingkat interaktivitas dengan media tersebut (misalnya: klik, mouseover). Tetapi, yang lebih utama adalah menggunakan teknologi untuk memungkinkan interaksi dengan instruktur, sesama pelajar, dan sumber belajar lain di luar batas ruang (di perusahaan lain, negara lain, benua lain, dan di industri yang lain) agar pembelajaran dan pengalaman belajar menjadi lebih berarti dengan hasil yang lebih baik. Survei di bidang pembelajaran bahasa Inggris membuktikan bahwa pembelajaran di kelas dengan kualitas guru yang baik, yang diperkaya dengan pembelajaran berbasis teknologi interaktif dapat mengurangi waktu belajar secara signifikan. Dengan demikian pembelajaran berbasis teknologi interaktif dengan kualitas guru yang sama menjadi 40 persen sampai 60 persen lebih cepat daripada belajar di kelas tanpa bantuan media apapun. D.Pentingnya Teknologi Informasi Sebagai Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah berkembang sangat jauh saat ini dan telah merevolusi cara hidup kita, baik terhadap cara berkomunikasi, cara belajar, cara bekerja, cara berbisnis, dan lain sebagainya. Era informasi memberikan ruang lingkup yang sangat besar untuk mengorganisasikan segala kegiatan melalui cara baru, inovatif, instan, transparan, akurat, tepat waktu, lebih baik, memberikan kenyamanan yang lebih dalam mengelola dan menikmati kehidupan. Dengan teknologi informasi dan komunikasi semua proses kerja dan konten akan ditransformasikan dari fisik dan statis menjadi digital, mobile, virtual dan personal. Akibatnya kecepatan kinerja bisnis meningkat dengan cepat. Kecepatan proses meningkat sangat tajam di banyak aktivitas modern manusia. Kini beberapa sekolah telah menerapkan pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, Internet dan lainnya) untuk menyampaikan isi materi yang diajarkan. Komputer, internet, intranet, satelit, tape/video, TV interaktif dan CD ROM adalah bagian media elektronik yang dimaksudkan dalam kategori ini. Komponen yang tak kalah penting dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran adalah para guru yang mengajar pada sekolah dalam berbagai jenjang. Guru yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses pembelajaran di sekolah sebenarnya memerlukan berbagai piranti dalam mengoptimalkan pemanfaatan TIK dan Komunikasi in untuk mendukung kemampunnya yang diperlukan khususnya dalam operasional perangkat TIK tersebut. Berbagai hasil penelitian menunjukkan kini masih banyak guru yang masih gagap dalam pemakian komputer dalam mengakses informasi dan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan teknologi maka guru akan sangat terbantu dalam menjalankan tugasnya dalam mengajar. Pertama, pembelajaran mereka akan lebih menarik sehingga akan dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dari guru. Visualisasi dan animasi materi pelajaran akan membuat siswa lebih mudah untuk memahami dan lebih tertarik untuk lebih mendalami materi. Kedua, jika semua materi pembelajaran dapat dikemas dalam sebuah laptop maka itu sama dengan menjinjing dunia dalam satu genggaman. Bayangkan berapa banyak informasi yang bisa dimasukkan dalam laptop tersebut dan ditampilkan oleh guru pada siswa siswanya. Bahkan berbagai kamus dan ensiklopedia dapat ditanamkan dalam laptop tersebut sebagai sumber belajar yang luar biasa kapasitasnya. Ketiga, memiliki laptop dengan kumpulan informasi yang diperlukan untuk mengajar jelas akan memudahkan guru dalam melakukan persiapan. Persiapan mengajar akan lebih mudah karena tinggal seleksi, salin, edit, dan tempel materi persiapan yang telah ada dan sajikan. Hal ini akan memberikan guru waktu lebih untuk menyiapkan materi pengayaan dan remidial yang dibutuhkan siswa. Keempat, pembelajaran jelas akan lebih relevan dengan dunia nyata karena materi yang ada pada laptop tersebut adalah materi-materi yang terbaru dan dapat selalu diupdate. Dengan demikian guru dan siswa dapat melakukan proses belajar mengajar dengan materi yang terkini dan tdak akan ketinggalan dengan materi dari belahan dunia mana pun. Guru dapat menyusun materi sesuai dengan kebutuhan siswa akan kehidupan nyata. Kelima, pembelajaran jelas akan lebih kontekstual dan bermakna. Guru dan siswa akan saling belajar pada materi-materi yang memiliki hubungan dengan dunia nyata. Guru juga akan lebih terdorong dan tertantang untuk mencari sumber-sumber belajar lain sehingga akan mendorong mereka untuk menjadi lebih aktif dan kreatif. Keenam, pembelajaran berbasis TI akan mendorong guru untuk dapat menciptakan sendiri materi-materinya dengan berusaha menyempurnakan materi-materi yang telah ada dalam laptopnya. Dengan demikian para guru akan membutuhkan kerjasama dengan guruguru lain dalam menyesuaikan materi yang ada dengan kebutuhan nyatanya di kelas. Hal ini akan mendorong terwujudnya prinsip belajar seumur hidup atau ‘Life long learning’ karena guru akan tertantang utk selalu mencari bahan dari sumber manapun yang dapat digalinya. DAFTAR PUSTAKA http://Teknologi%20informasi%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.html http://Teknologi%20Informasi_%20MANFAAT%20TEKNOLOGI%20INFORMASI.html http://Pemanfaatan%20Teknologi%20Informasi%20dalam%20Meningkatkan%20Pembelajaran%20Menulis%20di%20SMA%20_%20MEDIA%20KOMUNIKASI%20GURU.html http://Pentingnya%20Keterampilan%20Komputer%20bagi%20GURU%20_%20KKPI%20for%20SMK.html http://Teknologi%20Informasi%20&%20Komunikasi%201%20-%20Google%20Buku.html http://PENGANTAR%20TEKNOLOGI%20INFORMASI_%20Guru%20dalam%20Pemanfaatan%20TIK.html http://IQRO'%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DAN%20KOMUNIKASI_%20APA%20MANFAAT%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20BAGI%20GURU_.html http://coorp.blogspot.co.id/2013/03/blog-post.html

Sunday 13 March 2016

Dhammadesana Kematian

kematian
Kematian dapat diumpamakan sebagai pelita atau lilin dan sejenisnya. ada 4 faktor penyebab pelita atau lilin padam, yang pertama sumbu habis, ke dua minyaknya habis, yang ke tiga minyak dan sumbu habis, dan yang terakhir faktor lainnya seperti terkena air, tertiup angin, atau jatuh dan akhirnya mati. Kematian bagaikan pelita atau lilin, suatu saat akan mati yang dikarenakan yang pertama: usia telah habis, itu bagaikan sumbunya telah habis, yang kedua: karmanya sudah habis atau bisa di umpamakan minyak pelita sudah habis, yang ketiga karma dan usia telah habis, itu bagaikan minyak dan sumbu habis, yang terakhir karena sesuatu hal yang disebabkan karena kecelakan, bisa jatuh darri motor, kecelakaan pada saat kerja dan lain sebagainya itu diibaratkan pelita yang diterjang angin atau terguyur air atau bisa juga karena jatuh dan akhirnya mati. Seperti telah di jelaskan dalam Dhammapada 277,278,279

sabbe sankhara aniccati / dukkhati / dhamma anittati
yada pannaya passati
atha nibbindati dukke
esa maggo visuddhiya
semua yang terbentuk tidak kekal/ dukkha/ bukan aku
bila dengan bijaksana orang melihat semua itu
maka penderitaan itu tidak akan ada lagi
inilah ajaran untuk mencapai kesucian
Dalam parita tersebut sudah sangat jelas bahwa dengan menyadari dengan bijaksana  akan mendapatkan kebahagiaan. Jadi seandainya ditingalakan orang yang disayangi janganlah berlarut-larut dalam kesedihan karena hanya akan menimbulkan atau menambah penderitaan. Seperti juga di jelaskan dalam SALLA SUTTA 575,576
Suatu makhluk, sekali dilahirkan, akan mengalami kematian, dan tidak ada jalan keluar darinya. Ketika usia tua atau penyebab lain tiba, maka kematian pun datang. Demikianlah adanya makhluk hidup.
(575)
Ketika buah-buahan masak, mereka mungkin akan jatuh di pagi hari. Seperti itu pula halnya suatu makhluk, sekali dilahirkan, bisa mati kapan pun juga.
(576)

Jadi sesuatu yang dilahirkan itu akan mengalami kematian dan tidak ada jalan keluar dari kematian, di ibaratkan buah yang sudah masak tidak tau kapan akan jatuh, seperti halnya kita, kita tidak tau kapan kematian akan datang kepada kita.
Jadi setelah mengerti dan menyadari semua itu hendaknya juga mengerti dan menyadari tentang semua yang ada di dunia ini terutama badan jasmani, seperti juga di jelaskan dalam MAHA PARINIBBANA SUTTA (D.II.16) yang intinya Sang Buddha memberikan Khotbah tentang beberapa aspek yg paling mendasar dan penting dalam ajaran Sang Buddha yaitu : semua yang terjadi adalah dukkha (penderitaan), anicca (ketidak kekalan), Anatta (tanpa aku). Saudara- saudara sedhamma kita harus menyadari 3 hal ini, dukkha, anicca, anata. Diimana hidup didunia ini tidak mungkin lepas dari penderitaan(dukkha), ditinggal orang yang disayangi adalah suatu penderitaan, atau yang anak muda-muda sekarang diputusin pacar menderitanya luar biasa. Padahal kalau menyadari semua itu bahwa hidup didunia ini itu tidak lepas dari penderitaan maka hidup ini tidak akan menderita. Yang kedua adalah anicca(ketidaka kekal), bahwa tak ada yang abadi didunia ini seperti yang telah dijelaskan oleh Sang Buddha Gautama didalam WIJAYA SUTTA bahwa tubuh ini atau badan jasmani ini tidaklah kekal, tetapi seorang dungu karena ketidaksadarannya (avidya) mempunyai anggapan bahwa badan jasmani ini adalah satu rupa atau bentuk-bentuk perwujudan yang baik sekali tanpa disadari jika badan ini mati sebagai bangkai didalam kuburan bengkat-bengkak, biru-biru mungkin dimakan cacing-cacing dan binatang lainya angota keluarga kita tidak ada yang menginginkannya lagi. kita harus menyadari bahwa wajah yang cantik ini tidak kekal, wajah yang ganteng ini tidaklah kekal. Seaandainya saudara-saudara mengerti semua itu maka kita akan bahagia. Yang ketiga adalah anatta (tanpa aku)yang dimaksud tanpa aku adalah tidak ada jiwa yang kekal atau jasmani ini tidak kekal, jadi badan jasmani ini nantinya juga akan lenyap atau akan kita tinggalkan, jadi tidak ada aku atau hanyalah nama dan rupa tidaklah kekal, semuanya berubah setiap saat, apabila nanti kita meninggal jasmani ini sudah tidak jadi milik kita, jadi yang dimaksudkan tanpa aku adalah nama dan rupa itu ketidak kekalan.
Sang Buddha juga pernah bersabda :
"Para Bhikkhu, walau dengan hadirnya Sang Tatthagata
atau tanpa hadirnya seorang Tatthagatha,
tetaplah berlaku suatu hukum,
suatu kesunyataan yang mutlak
bahwa segala sesuatu yang terbentuk adalah tidak kekal,...
tidak memuaskan,...dan tanpa inti ...."
(Angutara Nikaya, Yodhajiva-Vagga, 124)
jadi dengan bijaksana dan menyadari semua itu maka hidup ini akan bahagia.

Dalam kehidupan Sang Buddha ada sebuat kisah seorang ibu yang bernama kisagotami. Kisah gotami ini mempunyai seorang anak yang masih kecil,,,, pasti seorang ibu jika memiliki anak pasti bahagiannya luar biasa, tapi suatau ketika anaknya jatuh sakit dan anaknya meninggal. Kisagotami sangat sedih kehilangan anaknya. Dia tidak merelakan anaknya meninggal sampai-sampai dia berfikir untuk mencari obat bagaimana agar anaknya bisa hidup kembali, kisagotami ini menemui sang buddha dan memohon kepada sang buddha untuk menghidupkan anaknya kembali. Sang buddha menjawab “saya akan menghidupkan anakmu kembali dengan satu syarat, syaratnya adalah kamu harus mencari biji lada dari keluarga yang belum pernah ditinggalkan keluarganya, kisagotamipun pergi mencari biji lada dari keluarga yang belum pernah ditinggalkan.
Kisagotami                    : “tok..tok...tok.... permisih buk apakah ibuk mempunyai biji lada????
Rumah tangga   `           : Iya punya....
Kisagotami                    : Boleh saya minta buk...
Rumah tangga               : Boleh!!!!
Kisagotami                    : Buk apakah ibu belum pernah ditinggalkan sanak keluarga?????
Rumah tangga               : Oh 2 hari yang lalu anak suami saya meninggal
Kisagotami                    : Oohhh iya buk, tidak jadi....
Kisagotamipun pergi dan berpindah rumah dari satu rumah kerumah lainnya untuk mencari biji lada dari keluarga yang belum pernah di tinggalkan. Tapi dia tidak menjumpai satu keluarga yang memiliki biji lada dari keluarga yang belum pernah di tinggalkan, kisa gotamipun akhirnya tersadar bahwa semua orang pernah mengalami yang dia rasakan. Akhirnya dia memakamkan anaknya dan menemui sang buddha kemudian menjadi seorang bhikkhuni.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair Dhammapada 114 berikut:
“Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi tidak dapat melihat keadaan tanpa kematian (Nibbana), sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang yang dapat melihat “keadaan tanpa kematian”.”
Dari kisah tersebut terdapat pelajaran yang sangat berharga bahwa didunia ini tidaklah kekal tanpa aku yang kekal dan semua tidak lepas dari penderitaan jadi kita harus memandang semua itu dengan bijaksana agar memperoleh kebahagiaan.

Kembali lagi pada pelita atau lilin...Hidup itu bagaikan pelita atau lilin. Gunakanlah hidup ini laksana pelita yang membawa cahaya dari suatu kegelapan, jadikanlah hidup ini bermanfaat bagi orang lain maupun diri sendiri sehingga akan memperoleh kebahagian, baik kehidupan sekarang atau yang akan datang.


Wednesday 9 March 2016

Kenakalan Remaja

KENAKALAN REMAJA
Oleh: Slamet Susilo

Telah kita ketahui bahwa kenakalan remaja itu sangat menurunkan moral pada diri kita dan lebih-lebih pada bangasa kita ini,oleh sebab itu kita sebagai siswa-siswi peduli dan tanggap akan moral-moral remaja yang sangat bertolak belakang dengan apa yang telah ditentukan oleh sang maha pencipta, seperti halnya penyalah gunaan obat-obatan terlarang, pergaukan bebas yang tidak bisa memanage pada diri kita masing-masing shingga munculah benih-benih kenakalan remaja yang tumbuh pada diri remaja itu sendiri.
Mengapa Kenakalan Remaja Bisa Muncul?
A.    Pengaruh Kawan Sepermainan
Apabila dalam pengembaraanmu engkau tak dapat menemukan seorang sahabat yang berkelakuan baik, pandai dan bijaksana, maka hendaknya ikutilah dia yang akan membawa kebahagiaan dan kesadaran bagi dirimu yang akan menghindarkan dirimu dari kesukaran dan mara bahaya” (Dhammapada 328)
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya. Dijaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orang tua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya. Pengaruh kawan ini memang cukup besar. Dalam Mangala Sutta, Sang Buddha bersabda: “Tak bergaul dengan orang tak bijaksana, bergaul dengan mereka yang bijaksana, itulah Berkah Utama”. Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk apabila dibungkus dengan selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk. Sedangkan bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar kertas, kertas itu pun akan wangi baunya. Seperti juga dijelaskan dalam Sukkhapathana Sutta “Orang yang mengikat ikan yang busuk dengan rumput rusa maka rumput rusa pun akan berbau busuk, begitu juga orang yang tidak melakukan kejahatan  bergaul dengan orang yang melakukan kejahatan maka akan dicurigai melakukan kejahatan dan nama buruknya akan berkembang” Perumpamaan ini menunjukkan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya.
Dalam Sigalovada Sutta Sang Buddha menjelaskan bahwa bergaul dengan orang yang buruk normanya merupakan salah satu sebab yang membawa pada kemerosotan batin. Faktor lainnya ialah karena pengaruh lingkungan. Lingkungan dengan kebiasaan masyarakat setempat yang buruk akan membawa dampak buruk juga terhadap perkembangan anak. Tetapi walaupun seorang remaja tumbuh di lingkungan dengan tingkat kriminalitas yang tinggi, hubungan dengan teman sebaya dapat mempengaruhi dirinya apakah akan melakukan kenakalan
Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak ‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman yang baik.
Dalam Digha Nikaya III, 188, Sang Buddha memberikan petunjuk tentang kriteria teman baik yaitu mereka yang memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang dan harta kita apabila kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita.
Sebaliknya, Dalam Digha Nikaya III, 182 diterangkan pula kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah teman yang akan mendorong seseorang untuk menjadi penjudi, orang yang tidak bermoral, pemabuk, penipu, dan pelanggar hukum.
B.     Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak seperti yang telah diterangkan oleh Sang Buddha dalam Digha Nikaya III, 188. Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang agama pengelola sekolah. Hal ini penting untuk menjaga agar pendidikan Agama Buddha yang telah diperoleh anak di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang benar tentang adanya beberapa agama di dunia. Berilah pengertian yang baik dan bebas dari kebencian tentang alasan orangtua memilih agama Buddha serta alasan seorang anak harus mengikuti agama orangtua, Agama Buddha.Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah disinggung di atas, biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai dengan kesenangan ataupun bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.
C.     Penggunaan Waktu Luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya akhirnya ia terjerumus danTersesat. Dalam Muni Sutta telah di jelaskan “Seorang yang masih muda memiliki pengendalian diri, tidak melakukan kejahatan, pikirannya terkendali dengan baik, tidak tergoda oleh kesenangan indera disebut sebagai orang suci oleh para bijaksana”.

Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan materi, sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Kegiatan keluarga dapat berupa pembacaan Paritta bersama di Cetiya dalam rumah ataupun melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, dan lain sebagainya. Kegiatan keluarga dapat pula berupa tukar pikiran dan berbicara dari hati ke hati. Misalnya, dengan makan malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Pada hari Minggu seluruh anggota keluarga dapat diajak kebaktian di Vihãra setempat. Mengikuti kebaktian, selain memperbaiki pola pikir agar lebih positif sesuai dengan Buddha Dhamma juga dapat menjadi sarana rekreasi. Hal ini dapat terjadi karena di Vihãra kita dapat berjumpa dengan banyak teman dan juga dapat berdiskusi Dhamma dengan para Bhikkhu maupun pandita yang dijumpai. Selain itu, dihari libur, seluruh anggota keluarga dapat bersama-sama pergi berenang, jalan-jalan ke taman ria atau mal, dan lain sebagainya.
D.    Uang Saku
Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Anak diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan uang dengan selalu menggunakan prinsip hidup ‘Jalan tengah’ seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha.Ajarkan pula anak untuk mempunyai kebiasaan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat dengan kerja dan semangat.
Pemberian uang saku kepada remaja memang tidak dapat dihindarkan. Namun, sebaiknya uang saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah. Yaitu:
1.  Anak menjadi boro.
2. Anak tidak menghargai uang, dan 
3. Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang.

E.     Perilaku Seksual
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan yang sesuai dengan Buddha Dhamma. Sang Buddha telah memberikan pedoman untuk bergaul yang tentunya juga sesuai untuk pegangan hidup para remaja. Mereka hendaknya dididik selalu ingat dan melaksanakan Pancasila Buddhis. Pancasila Buddhis atau lima latihan kemoralan ini adalah latihan untuk menghindari pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan, dan mabuk-mabukan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.
v  Ciri-Ciri Kenekalan Remaja
Dalam hal ini terdapat beberapa macam ciri-ciri tenteng kenakalan remaja adalah
sebagai berikut :
1.      pemarah, apabila menghadapi suatu permasalahan dan masalah itu terasa tidak cocok maka seketika itu bisa langsung marah.
2.      pemalas, biasanya kalau seseorang apabila sudah terjerumus kedalam hal yang negatif biasanya akan menjedi seorang yang pemalas dalam segala hal-hal yang bersifat baik.
3.      tidak memiliki rasa belas kasih yang besar.
4.      mudah putus asa atau tidak sabaran.
5.      apabila dilihat dari segipakaiannya tidakpernah memakai pakaian yang rajin atau sering memakai pakaian yang tidak pantas untk dipakai, seperti laki-laki memakai pakaian perempuan atau sebaliknya.
6.      potngan rambut atau keadaan tubuhnya tidak pernah diperhatikan.
7.       tidak mengenal yang namanya dosa dan tidak pernah merasa takut terhadap siapapun.
8.       dan lain-lain.

v  Akibat Dari Kenakalan Remaja
Setelah seseorang melakukan sebuah usaha baik itubaik atau tidak baik yang pasti pasti akan menerima atau mendapatkan manfaat, dan apabila yang dikerjakannya itu selalu bersimpangan dengan ajaran agama maupun peraturan dari negara maka juga pasti akan mendapatkan akibatnya. Akibat dari kenakalan remaja antara lain adalah sebagai berikut yang diantaranya :
1. Apabiala bertempat dimasyarakat akan mendapatkan teguran atau gunjingan dari
masyarakat setempat.
2. Akan dibenci dan di musuhi banyak orang.
3. Tentunta akan dijauhi banyak orang.
4. Tidak disukai oleh khalayak.

Dari berbagai penyebab serta akibat dari pergaulan bebas diatas, maka harus ada tindak lanjutnya agar penyebab kenakalan remaja ini dapat dicegah ataupun diatasi. Sebagaimana hujan yang tak dapat menembus rumah yang beratap baik, maka demikian pula nafsu tak dapat masuk ke dalam pikiran yang jernih (Dhammapada 14). Jika seorang remaja sejak dini dibekali dengan landasan moral yang baik dan dari remaja itu sendiri melatih pikiran dengan baik maka kemungkinan ia akan terjerumus dalam pergaulan bebas sangatlah kecil.
Buddhagosa dalam kitab Vishuddhimagga sebagaimana dijelaskan fungsi Silaadalah menghancurkan kelakuan yang salah dan menjaga agar tetap tidak bersalah. Sebab terdekat  yang menimbulkan sila itu sendiri ialah malu berbuat jahat(hiri) dan takut akan akibat perbuatan yang salah (ottappa).
Adapun Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dan khusus. diantaranya adalah
Ø  Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus
1.      Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
2.      Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan.
3.      Usaha pembinaan remaja.
4.      Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya
5.      Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
6.      Menyediakan sarana-sarana dan meciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar.
7.      Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana terjadi banyak kenakalan remaja.
Dengan usaha pembinaan yang terarah para remaja akan mengembangkan diri dengan baik sehingga keseimabnagn diri akan dicapai dimana tercipta hubungan yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi. Pikiran yang sehat akan mengarahkan mereka ke perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.
Ø  Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus
Dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkahlaku para remaja. Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan para pendidik lainnya.
Sarana pendidikan lainya mengambil peranan penting dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan kuat. Misalnya kepramukaan, dan yang lainnya.
Usaha pendidik harus diarahkan terhadap remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkahlaku remaja di rumah dan di sekolah.
Pemberian bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah pengertian remaja mengenai:
1. Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
2.Penyesuaiam diri: mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
tersebut.
3. Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan
sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik. 
Bimbingan yag dilakukan dengan dua pendekatan:
1. Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada si remaja itu
sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan si remaja danmembantu mengatasinya.
2.  Pendekatan melalui kelompok di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau
kelompok kecil tersebut:
3. Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
4. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingklaku baik dan merangsang hubungan
sosial yang baik.
5. Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukaka pandangan
dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.
6. Dengan melakukan permainan bersama dan bekerja dalam kelompok dipupuk solidaritas
dan persekutuan denga Pembimbing.
7. Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.
1.      Di rumah, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
2.      Di sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru san staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan team guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara atau seterusnya tergabtung dari macam pelanggaran tata tertib sekolah yang digariskan.
3.      Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
Dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkahlaku si pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.

Tuesday 5 January 2016

Sejarah Uposatha


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai umat Buddha sering sekali mendengar kata uposatha, dimana kata uposatha pada umumnya dikenal dengan hari atthasila atau athangasila, uposatha dalam pelaksanaannya   jatuh pada   tanggal 1, 8, 15, dan 23 dalam satu bulan dan terkadang bisa 5 kali, pada hari uposatha kiranya umat Buddha melaksanakan puja kepada Tiratana dan mempraktikkan sila puja kepada Tiratana sebagai simbol akan Saddha (keyakinan)   umat Buddha terhadap Tiratana. Para Upasaka dan upasika yang ingin melaksanakan hari uposatha dengan menerapkan Atthangika uposatha kepada bhikkhu dan merenungkan    sebagai suatu syarat dalam pelaksanaan hari uposatha.
Tradisi   hari uposatha ini oleh Sang Buddha diambil dari tradisi-tradisi Hindu, hal ini dapat dibuktikan dengan menganalisis riwayat hidup Buddha Gotama yang ada pada buku Riwayat Agung Para Buddha, dalam buku ini dijelaskan ketika Ratu Maha Maya sedang hamil, pada waktu itu Ratu Maha Maya melaksanakan uposatha dimana setiap bulan terang dan pertengahan bulan, Dewi Maha Maya melaksanakan puasa (uposatha), untuk lebih jelasnya dapat diketahui melalui penjelasan sutta yang penjelaskannya tentang tindakan dari hari uposatha bagi umat Buddha dalam Angutara Nikaya kelompok 3.
 "Demikianlah kejadiannya. Pada suatu waktu sang Bhagava sedang berdiam di Rajagaha, di puncak karang Burung Nazar. Pada waktu itu kelana-kelana dari sekte lain memiliki kebiasaan untuk berkumpul pada waktu pertengahan bulan pada tanggal 14 dan 15 dan berkhotbah tentang dhamma. Orang-orang berdatangan untuk mendengarkannya. Mereka semakin menyukai dan semakin percaya kelana dari sekte lain itu. Maka kelana-kelana itu memperoleh bantuan. Maka ketika raja Magadha Bimbisara sedang bermeditasi, ia merenungkan hal-hal ini: "mengapa para yang mulia untuk tidak berbuat serupa pada hari-hari itu?".
 Ia menemui Sang Bhagava menyampaikan apa yang dipikirkannya dan menambahkan: "guru alangkah baiknya jika pada hari-hari itu pula para Yang Mulia untuk berkumpul Sang Bhagava memberi petunjuk tentang dhamma kepada raja itu. Setelah mana ia meninggalkan tempat itu. Kemudian Sang Bhagava membuat hal itu sebagai suatu alasan untuk memberikan wejangan tentang Dhamma kepada bhikkhu, beliau berkata: O para bhikkhu, aku mengizinkan pertemuan pada pertengahan bulan, yaitu hari ke 14 dan ke 15, dan pada perempatan bulan, yaitu pada hari ke 8 " .
Para bhikkhu mulai saat itu berkumpul bersama sebagaimana yang diizinkan Sang Bhagava, tetapi mereka duduk dengan diam. Orang-orang datang untuk mendengarkan dhamma. Mereka menjadi kecewa bagaiamana putera-putera abadi berkumpul pada hari-hari ini hanya untuk membisu seperti tonggak ?. Tidaklah dhamma seharusnya dikhotbahkan pada waktu-waktu mereka berkumpul.
Para bhikkhu menyampaikan hal ini, kemudian mereka menyampaikan kepada Sang Bhagava. Dia menjadikan hal ini sebagai alasan untuk memberikan wejangan tentang dhamma, beliau berpersan demikian: "O, para bhikkhu, bila ada pertemuan pada pertengahan bulan dan perempatan bulan, aku mengizinkan untuk memberikan dhamma".


21. Rumusan Masalah
Hari uposatha khususnya dalam agama buddha memiliki ruang lingkup pembahasan yag cukup luas oleh sebab itu penulis membatasi dalam penulisan makalah ini yaitu
Bagaimana Alikasi Pelaksanaan hari uposatha bagi umat awam (gharavasa)?
2.3. Tujuan
Menguraikan hal-hal yang terkait dengan uposatha serta aplikasinya dalam kehidupan perumah tangga atau umat awam.





BAB II
ISI
2.1 Pengertian uposatha
Ketentuan uposatha arti harafiahnya adalah 'masuk untuk berdiam (dalam keluhuran)'. Istilah ini digunakan untuk sebutan hari dimana Upasaka-upasika menjalankan peraturan-pelatihan khusus. Hari itu disebut dengan hari uposatha (Drs. Teja SM Rasyid: 40).
Sedangkan menurut tradisi India, uposatha berasal dari kata 'Upavasatha' yang menunjukkan pada malam menjelang upacara Soma, sebuah tradisi agama Hindu (Herman: 1). Pada hari uposatha tersebut umat Buddha melakukan puja bhakti, berupa:
ü   Melakukan presentasi lilin, dupa, dan bunga di Vihara
ü   Melakukan puja pada Sang Tiratana dan membaca paritta-paritta suci.
ü   Terapkan pada bhikkhu untuk bimbingan melaksanakan Pancasila (lima sila) atau Aññhasila.
ü   Mendengarkan khotbah dhamma dari para bhikkhu atau pandita
ü   Ada pula umat yang melakukan makan sayur asin (pantang daging).
ü   Memperbanyak meditasi.
Gimin Edi Susanto juga menjelaskan bahwa Sejak zaman dahulu umat Buddha memamfaatkan hari-hari uposatha  untuk bermacam-macam upacara keagamaan. Pada tanggal 15 tengah bulan, mereka mengadakan kegiatan bernuansa agama, dan anggota Sangha membabarkan dhamma. Bhikkhu Sangha juga memanfaatkan dua uposatha untuk membacakan Patimokkha atau peraturan kebhikkhuan. Pada hari uposatha umat Buddha menjalankan uposatha,  dengan menjalankan delapan sila sehari. Hari uposatha yang terjadi di pertengahan bulan disebut Catudassiko atau Pannarassiko karena pendek atau panjang. Bhikkhu Sangha dapat memamfaatkan hari uposatha untuk mengadakan upacara uposatha alternative yang disebut: "Samaggi uposatha", yang diadakan ketika terjadi perselisihan diantara anggota Sangha.
Bu d dha menjelaskan dalam Kitab suci Anggutara Nikaya kelompok 1 menjelaskan khotbah oleh Sang Buddha kepada Visakha untuk pelaksanaan uposatha, beliau menunjukkan kemuliaan dari pelaksanaan Atthasila, keajaiban yang bisa diperoleh oleh pria atau wanita di dunia ini, dan kemegahan serta kebahagiaan mendatang, dan memastikan kelahiran diantara para dewa di surga. Sang Buddha menjelaskan kepada Visakha bermacam-macam renungan yang diberikan kepada pelaksana Ariya uposatha, yang menuntun kepada kedamaian dan kesucian batin. Sang Buddha berkata, "Visakha, apa Arya uposatha itu ?. Pensucian dengan cara benar. Dan bagaiamana caranya, Visakha? Disini Arya merenungakan Sang Tahtagata, sebagai berikut: "Sang Bhagava, yang maha suci, yang telah mencapai penerangan sempurna, sempurna pengetahuan serta tindak-tanduknya, sempurna penempuh jalan ke Nibbana, pengenal segenap alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan manusia, Buddha yang maha agung ", setelah berpikir tentang Tahtagata demikian, batin menjadi tenang, damai, rasa bahagia timbul, dan kekotoran batin mengendap.
Sedangkan   dibuku   Gimin Edy Susanto, BA, dijelaskan pula kisah Visakha yang datang kepada Buddha bahwa Buddha menjelaskan kepada Visakha tentang tiga macam uposatha, yaitu uposatha orang biasa, uposatha pertapa telanjang, dan juga uposatha ariya. Setelah mengetahui penjelasan Buddha Visakha pun mulai berpikir tentang Tathagata sampai batinya tenang dengan merenungkan terhadap Dhamma, Sangha, silahkan, manfaat pelaksanaan sila, dan masa hidup para Dewa.
2.2 Pelaksanaan  Uposattha

Sang Buddha menjelaskan d alam Angutara Nikaya kelompok 3, bahwa tindakan uposatha. Bilamana O para bhikkhu, tindakan uposatha sempurna di dalam delapan faktor, maka buah dan manfaatnya pun berlimpah, bersinar, dan menyebar. Dan bagaimana tindakan uposatha sempurna di dalam delapan faktor yang membuatnya memliki buah dan manfaat yang melimpah, bersinar dan menyebar, delapan faktor itu adalah:
1.          Menghindari pembunuhan / penyiksaan mahkluk hidup
2.          Menghindari pencurian / pengambilan barang yang tidak diberikan
3.          Menghindari hubungan sex yang tidak sah / asusila
4.          Menghindari berbohong, berbicara kasar, memfitnah, berbicara tidak benar
5.          Menghindari makan an dan minum an yang dapat mengurangi / lemahnya kesadaran
6.          menghidari makan sesudah tengah hari
7.          Menghindari menari, menyanyi, bermain musi k, memakai perhiasan, bunga-bungaan dan wewangian
8.          Menghindari duduk dan tidur di tempat tidur yang tinggi dan mewah
2.3 Aplikasi hari Uposattha Bagi umat awam       

Panca Sila, sebagaimana halnya hukum negara, membantu umat Budha untuk mendisilpinkan dirinya dan mengikuti Jalan Mulia Beruas Delapan. Pancasila sebenarnya nilai-nilai maunsia yang mendasar, yang membawa manfaat besar bagi mereka yang melaksanakannya. Lima aturan itu adalah menjauhi diri dari pembunuhan, pencurian, prilaku seks yang menyimpang, berbohong dan mengkonsumsi
Pelaksanaan delapan aturan (Attha Sila) pada tanggal satu dan lima belas pada penanggalan bulan, juga disebut sebagai Uposattha namaknya dimulai sebagai semacam pelengkap bagi umat publik atas pengulangan aturan kebiaraan bagi para bhikkhu. Pelaksanaan delapan sila bagi umat awam dapat ditelusuri kembali pada masa Sang Buddha. Dalam kotbah kepada Visakha, pengikut awam yang saleh, Sang Buddha menganjurkan pelaksanaan delapan sila pada hari-hari tertentu. Secara khusus, melaksanakan delapan sila dikatakan bseagai tiruan dari disiplin para Arahat. Delapan harap bukan hanya membuat penghargaan atas pelepasan dan merenungkan ajaran Sang Buddha, tetapi juga jasa-jasa yang berarti yang berakibat kebahagiaan di maas yang akan datang. Delapan sila mencegah makan pada waktu yang tidak layak, menari, menyanyi, musik dan tontonan yang tidak pantas; dari penggunaan untaian bunga, wewangian, dan polesan; dari benda-benda yang bertujuan mempercantik dan menghias diri. Penggunaan tempat tidur yang tingi dan besar juga dilarang untuk mencegah kemalasan dan mendorong kerendahan diri, sebagaimana secara tradisional, penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi diperuntukkan bagi orang yang berstatus tinggi dan mengakibatkan perasaan diri sebagai orang penting. Dengan hanya menahan diri dari waktu ke waktu dengan cara ini sehingga seseorang akan dapat mengatasi kecemasan dan mampu mengendalikan dirinya. Pelatihan ini, melatihnya untuk tidak kecewa bila ia tidak mendapatkan kesenangan inderawi. Para bhikkhu dan bhikkhuni yang telah meninggalkan kesenangan duniawi melaksanakan prinsip-prinsip ini sepanjang waktu.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan analisa yang telah ditulis hari uposattha baik di lakukan oleh umat awam (gharavasa) karena dengan melaksanakna uposattha dapat meningkatkan moral serta sepiritual seseorang
3.2 Saran
Setiap umat Buddha selayaknya menerapkan kelima sila untuk dapat meningkatkan dirinya secara moral dan sepiritual   Moralitas adalah langkah pertama dalam jalan menuju kebahagiaan abadi. Moralitas adalah pondasi spiritual yang mendasar. Tanpa ladasan ini, takkan ada kemajuan manusia dan kemajuan spiritual. Setelah menegakkan fondasi moral, seseorang dapat melanjutkan untuk mengembangkan pikiran dan kebijaksanaannya. Praktek ini akan menuntunya dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat-tingkat perkembangan mental yang lebih tinggi, dan akhirnya menuju puncak dari semua pencapaian yaitu penerangan.




Manfaat menjalankan uposatha dan Atthasila. Hari uposatha, umumnya jatuh setiap tanggal 1, 8, 15, 23 dalam penanggalan bulan. Pada hari-hari ini, umat awam yang berbakti, berusaha melatih diri dengan menjalankan Atthasila, membawa persembahan ke vihara dan mengisi waktu mereka di vihara dengan belajar dhamma dan meditasi. Atthasila (8 sila) terdiri dari: Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil silahkan menahan diri dari membunuh makhluk lain) Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil silahkan menahan diri dari mengambil apa yang tidak diberikan) Abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil silahkan menahan diri dari aktivitas seksual). * Perhatikan, ini berbeda dengan pancasila biasa, dimana hanya hubungan seks yang tidak benar, sementara dalam atthasila, sama sekali tidak melakukan aktivitas seksual. Musavada veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil silahkan menahan diri dari berkata yang tidak benar) Suramerayamajja pamadatthana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil silahkan menahan diri dari mengkonsumsi minuman keras dan zat lain yang memabukkan dan menimbulkan kecanduan) Vikalabhojana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil silahkan menahan diri dari makan pada waktu yang tidak tepat). * yaitu tidak makan setelah lewat tengah hari sampai dengan esok paginya. Nacca-gita-vadita-visukkadassana mala-gandha-vilepana-Dharana-mandana-vibhusanathana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil silahkan menahan diri dari menari, bernyanyi, mendengarkan musik, pergi melihat hiburan, memakai perhiasan, memakai parfum, dan memakai kosmetik) Uccasayana-mahasayana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil silahkan menahan diri dari berbaring di tempat yang tinggi dan mewah) Tujuan dari melatih sila-sila diatas adalah untuk mencegah kita melakukan karma buruk dan untuk mengurangi keinginan duniawi, kemelekatan terhadap hal-hal yang memanjakan nafsu kita.